Pages

Minggu, 22 Desember 2013

Kasih Sayang Ibu tiada Batas

                                                                               


Di suatu desa tinggal seorang ibu yang usianya sudah tua dan hidup berdua dengan anak yang juga hanya satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit keras karena wabah. Sang Ibu seringkali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya itu.  

Rasa sedihnya disebabkan karena anaknya mempunyai tabiat yang buruk, yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam, dan banyak lagi kebiasaan buruk lainnya, yang membuat sang ibu tadi seringkali menangis meratapi nasibnya. Namun ibu tua itu selalu berdoa, "Ya Allah, tolong Engkau sadarkan anakku yang sangat kusayangi, agar dia tak berbuat lebih banyak lagi dosa-dosa. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan anakku bertobat, sebelum aku mati Ya Allah".

Sayangnya makin lama anaknya semakin larut dengan perbuatan buruknya. Sangat sering dia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya.

Pada suatu hari dia kembali mencuri di sebuah rumah penduduk suatu desa. Tapi malang nasibnya dia tertangkap oleh penduduk yang kebetulan sedang lewat. Kemudian dia dibawa ke hadapan Raja untuk diadili sesuai dengan kebiasaan hukum di Kerajaan tersebut. Setelah ditimbang berdasarkan sudah terlalu seringnya ia mencuri, maka tanpa ampun si anak tersebut dijatuhi hukuman pancung. Pengumuman hukuman itu disebarkan ke seluruh desa. Hukuman pancung akan dilakukan keesokan harinya didepan penduduk desa dan kerajaan tepat saat suara bedug Dhuhur.

Berita hukuman pancung itu sampai juga ke telinga sang Ibu. Dia menangis ,meratapi Anak yang sangat dikasihinya itu. Sembari berlutut dia berdoa kepada Tuhan. "Ya Allah , Ampunilah Anak Hamba. Biarlah HambaMu yang sudah tua renta ini yang menanggung dosa dan kesalahannya. Dengan tertatih-tatih dia mendatangi Raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan, tapi keputusan sudah bulat, si Anak tetap harus menjalani hukuman pancung. Dengan hati hancur si Ibu kembali ke rumah . Tidak berhenti dia berdoa supaya anaknya diampuni. Karena kelelahan dia tertidur dan bermimpi bertemu dengan Tuhan.

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan untuk menjadi tempat eksekusi, rakyat berbondong-bondong untuk menyaksikan hukuman pancung tersebut. Sang Algojo sudah siap dengan Pancungnya, dan si Anak tadi sudah pasrah menantikan saat ajal menjemputnya. Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, tanpa terasa dia menangis menyesali perbuatannya.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan, suara bedug tanda masuk waktu dhuhur tidak juga bebunyi. Suasana mulai berisik. Sudah lima menit lewat dari waktunya. Akhirnya didatangi salah satu ta’mir masjid yang bertugas menabuh bedug. Dia Juga mengaku heran, karena sudah dari tadi dia menabuh bedug tapi suaranya sangat kecil.

Ketika mereka sedang terheran-heran, tiba-tiba dari dari sela-sela sambungan kulit bedug mengalir darah, darah tersebut datangnya dari dalam bedug. Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang mencoba membuka kulit bedug. Tahukah Anda apa yang terjadi? Ternyata di dalam bedug itu ditemui tubuh si Ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia menahan kulit bedug dari dalam yang mengakibatkan bedug tidak berbunyi nyaring yang bisa sampai terdengar dari sekitar tempat eksekusi hukuman pancung, sebagai gantinya kepalanya yang hancur.

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si Anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah dikeluarkan. Dia sangat menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah masuk kedalam bedug masjid, untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Demikianlah, sangat jelas kasih seorang ibu untuk anaknya, betapapun jahatnya si Anak. Marilah kita mengasihi orang tua kita masing-masing, selagi kita masih mampu karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di Dunia ini. Amin.

Rabu, 18 Desember 2013

" Hukum Mengucapkan NATAL "

                                                                   
        
# Pertama: Mengucapkan Selamat Natal

Kaum muslimin juga diharamkan mengucapkan 'selamat natal' kepada orang Nashrani dan ini berdasarkan ijma' (kesepakatan) kaum muslimin sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim. Jadi, cukup ijma' kaum muslimin ini sebagai dalil terlarangnya hal ini. Yang menyelisihi ijma' ini akan mendapat ancaman yang keras sebagaimana firman Allah Ta'ala:,



وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

"Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (Qs. An Nisa' [4]: 115). Jalan orang-orang mukmin inilah ijma' (kesepakatan) mereka.


Oleh karena itu, yang mengatakan bahwa Al Qur'an dan Hadits tidak melarang mengucapkan selamat hari raya pada orang kafir, maka ini pendapat yang keliru. Karena ijma' kaum muslimin menunjukkan terlarangnya hal ini. Dan ijma' adalah sumber hukum Islam, sama dengan Al Qur'an dan Al Hadits. Ijma' juga wajib diikuti sebagaimana disebutkan dalam surat An Nisa ayat 115 di atas karena adanya ancaman kesesatan jika menyelisihinya.

# Kedua: Membalas Ucapan Natal

Jika mereka mengucapkan selamat hari raya mereka 'ucapan selamat natal' pada kita, maka tidak perlu kita jawab karena itu bukanlah hari raya kita dan hari raya mereka sama sekali tidak diridhoi oleh Allah Ta'ala.
Hari raya tersebut boleh jadi hari raya yang dibuat-buat oleh mereka (baca: bid'ah). Atau mungkin juga hari raya tersebut disyariatkan, namun setelah Islam datang, ajaran mereka dihapus dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan ajaran Islam ini adalah ajaran untuk seluruh makhluk.

Mengenai agama Islam yang mulia ini, Allah Ta’ala sendiri berfirman:,



وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (Qs. Ali Imron [3]: 85)

# Ketiga: Menghadiri Perayaan Natal

Kita "kaum muslimin" diharamkan menghadiri 'memenuhi undangan' perayaan orang kafir termasuk di dalamnya adalah perayaan Natal. Karena perbuatan semacam ini tentu saja lebih parah daripada cuma sekedar memberi ucapan selamat terhadap hari raya mereka. Menghadiri perayaan mereka juga bisa jadi menunjukkan bahwa kita ikut berserikat dalam mengadakan perayaan tersebut.

Bahkan mengenai hal ini telah dinyatakan haram oleh Majelis Ulama Indonesia sebagaimana dapat dilihat dalam fatwa MUI yang dikeluarkan pada tanggal 7 Maret 1981.

# Keempat: Berkunjung dan Mengucapkan Natal

Tidak diperbolehkan seorang muslim pergi ke tempat seorang pun dari orang-orang kafir untuk mengucapkan selamat hari raya, walaupun itu dilakukan dengan tujuan agar terjalin hubungan atau sekedar memberi selamat (salam) padanya.
Karena terdapat hadits dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:,

لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ

"Janganlah kalian mendahului Yahudi dan Nashara dalam salam (ucapan selamat)." (HR. Muslim no. 2167)

# Kelima: Membantu Dalam Perayaan Natal

Tidak boleh bagi kita seorang muslim bekerjasama dengan orang-orang Nashrani dalam melaksanakan hari raya mereka. Hal ini diharamkan karena dapat membuat mereka semakin bangga dengan jumlah mereka yang banyak.
Di samping itu pula, hal ini termasuk bentuk tolong menolong dalam berbuat dosa.
Padahal Allah SWT berfirman:,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (Qs. Al Maidah [5]: 2)

# Keenam: Menyerupai atau Memakai Kostum Natal

Diharamkan bagi kaum muslimin menyerupai orang kafir (menggunakan simbol, aksesoris, kostum, santa clause) dengan mengadakan pesta natal, atau saling tukar kado (hadiah), atau membagi-bagikan permen atau makanan dalam rangka mengikuti orang kafir pada hari tersebut.
Alasannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka." (HR. Ahmad dan Abu Daud). 

Senin, 16 Desember 2013

" HIDUP DI AKHIR ZAMAN "

                                                           
                                
                       
T E R A S I N G !!!

Terasa nyamankah di telinga kita ketika mendengar kata tersebut ????
Terasing !!!. Begitulah yang digambarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengenai keadaan ahlussunnah di akhir zaman. Sebagaimana sabda beliau :

“Sesungguhnya Islam berawal dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing”[Shahih, HR Abu Dawud, At Tirmidzi]

Asing, aneh, diluar kebiasaan, dan kata-kata lain yang sejenis melekat pada seorang ahlussunnah yang istiqamah di atas sunnah Nabinya dan menggigitnya dengan gigi geraham di akhir zaman ini.

Akhir zaman, yang pada saat munculnya berbagai fitnah, ujian, cobaan, munculnya orang-orang yang menyemarakkan kesyirikan dan melestarikan kebid’ahan, bertebarnya kema’siatan dan merajalelanya kezhaliman, makin banyaknya orang-orang yang menganggap remeh agama, mempermainkannya, bahkan mencampakkannya.

Banyak cacian, hinaan, pemberian julukan-julukan dari orang-orang yang jahil terhadap agama kepada ahlussunnah, seperti : teroris, sok alim, jumud, kolot, aliran sesat, salah pemahaman, wahabi, mujassimah, Khawarij gaya baru, Darul hadist, maz’um, dan julukan konyol lainnya seperti : kambing (karena jenggotnya) & kebanjiran (karena tidak isbal pakaiannya). Julukan-julukan tsb akan semakin menjauhkan seorang dari sunnah, membuat tertekan dan membuat semakin terasing orang-orang yang berusaha mengamalkan sunnah Baginda Nabinya yang mulia Muhammad SAW.

Ahlus-sunnah :
- Ia terasing dalam agama ditengah kerusakan agama manusia.
- Ia terasing dalam pergaulan di tengah pergaulan manusia yang dipenuhi hawa nafsu, khalwat dan ikhtilat.
- Ia terasing dalam aqidah di tengah penyimpangan aqidah manusia.
- Ia adalah orang yang berilmu di tengah manusia-manusia yang jahil.
- Ia adalah pemurni aqidah di tengah para pelestari kesyirikan.
- Ia adalah pemegang sunnah di tengah manusia berbuat bid’ah.
- Ia adalah penyeru kepada Allah dan RasulNya di tengah para penyeru kepada hawa nafsu syahwat dan syubhat.

Rasulullah pun mensifati keadaan ahlussunnah yang menggenggam agamanya seperti orang-orang yang menggenggam bara api.

Rasulullah bersabda :
“Akan tiba suatu masa ketika itu orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti halnya orang yang sedang menggenggam bara api.” [HR.Tirmidzi 2260, as-Shahihah 957]

Hal ini disebabkan oleh banyaknya kemungkaran dan tersamarnya kebenaran, ditambah lagi dengan sikap arogan dan anarkhis dari sebagian pemegang sunnah itu sendiri sehingga orang yang berpegang pada sunnah dimusuhi dan dicurigai. Berbagai macam celaan dan tuduhan dilontarkan. Sebagian dari mereka bahkan diusir dari kampungnya, diasingkan dari keluarganya, seorang akhwat diceraikan oleh suaminya. Terasa amat berat berpegang pada sunnah pada saat sekeliling telah rusak, terasa jalan sunnah begitu terjal.

Ini tidaklah aneh, karena Nabi yang paling mulia, yang memiliki akhlaq yang agung, Allah berikan cobaan yang amat berat dalam menyampaikan risalah Rabbnya. Demikian pula para ulama setelah itu, simaklah sebuah kisah yang diceritakan oleh Imam asy-Syathibi rahimahullah (790 H) tentang keterasingan dirinya, beliau berkata :

Aku memulai memperdalam ushuluddin (pokok-pokok agama) baik amaliyah maupun keyakinan, kemudian memperdalam cabang-cabang yang dibagun di atas pokok-pokok tadi. Dari sana menjadi sangat jelas padaku mana yang sunnah dan mana yang bid’ah, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.


Kemudian aku menguatkan diriku berjalan bersama al-Jama’ah yang dinamai oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dengan nama as-Sawadul A’zham, dan meninggalkan bid’ah yang telah dinyatakan oleh para ulama sebagai sesuatu yang bid’ah dan menyimpang. 

Sedangkan aku ketika itu sudah berada dalam barisan mereka yang sering berkhutbah dan menjadi imam. Namun ketika aku mulai istiqamah di atas sunnah, ternyata ku dapati diriku aneh dan terasing di tengah-tengah mayoritas manusia. Karena agama mereka telah dikuasai oleh adat istiadat dan telah dilumuri kotoran-kotoran bid’ah …

Maka akupun mempertibangkan antara mengikuti sunnah namun menyalahi adat istiadat manusia, pastilah aku akan menghadapi ujian yang amat berat walaupun pahalanya besar. Atau mengikuti mereka namun menyalahi sunnah dan jalan salafusshalih, akibatnya aku termasuk orang-orang yang sesat -dan aku berlindung kepada Allah dari hal tsb-Namun aku yakin bahwa keselamatan ialah denga mengikuti sunnah, dan bahwa manusia tidak dapat menolongku sedikitpun dari azab Allah.

Aku mencoba memulai mengamalkan sunnah secara perlahan, maka tegaklah kiamat padaku !!Cercaan bertubi-tubi menghampiriku. Aku dituduh sesat dan berbuat bid’ah, dan aku diperlakukan layaknya orang pandir dan bodoh..

Terkadang aku dituduh mengatakan bahwa berdo’a itu tidak ada menfaatnya karena aku tidak mau ikut berdo’a secara berjamaah di setiap selesai shalat..

Terkadang aku dituduh sebagai Syiah Rafidhah karena aku tidak mengkhususkan doa untuk khulafaur rasyidin ketika khutbah jum’at. Padahal perbuatan tsb tidak pernah dilakukan oleh salafusshalih, dan tidak pula oleh para ulama yang mu’tabar..

Terkadang mereka mengatakan bahwa aku memberatkan diri dalam urusan agama, karena aku konsekwen dalam hukum dan fatwa serta memakai madzhab-madzhab besar yang sudah diketahui keabsahannya..

Terkadang aku dianggap memusuhi para wali Allah karena aku tidak menyukai kaum sufi yang berbuat bid’ah dan menyimpang dari sunnah ..

Keadaanku menyerupai keadaan seorang imam yang terkenal bernama Abdurrahman bin Bathah di tengah masyarakat pada zamannya, beliau bercerita tentang dirinya :

“Aku merasa heran terhadap keadaanku bersama karib kerabatku baik yang dekat maupun yang jauh, yang mengenalku maupun yang tidak. Aku mendapati di mekkah, khurasan, dan tempat lainnya orang-orang menyeru pada pendapatnya.

Jika aku membenarkan perkataannya ia menamaiku Muwaffiq, jika aku menyalahi sebagian pendapatnnya ia menamaiku Mukhallif.
Jika aku membawakan dalil dari al-Qur’an dan Sunnah yang menyalahi pendapatnya ia menamaiku khariji.
Jika aku membacakan hadits tentang tauhid maka mereka menamakanku musyabbih.
Jika hadits itu berbicara tentang iman ia menamaiku murji’ah.
Jika hadits itu berbicara tentang perbuatan hamba ia menamaiku qodari.
Jika hadits itu berbicara tentang keutamaan ahlulbait ia menamaiku rafidhah.
Jika hadits itu berbicara tentang keutamaan abu bakr dan Umar ia menamaiku Nashibi.
Jika aku menjawab dengan lahiriyah hadits mereka menamaiku zhahiri.
Jika aku menyetujui sebagian dari mereka maka sebagian lainnya murka dan marah padaku.
Jika aku mencari keridhaan mereka maka Allah akan murka kepadaku dan mereka tidak bisa menolongku sedikitpun dari azab Allah.

Sesungguhnya aku berpegang kepada Al Qur’an dan Sunnah dan aku memohon ampun kepada Allah yang tiada illah yang berhak disembah selain Dia, dan Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Begitulah keadaan para imam yang berusaha istiqamah di atas sunnah, menghadapi cacian dan celaan.

Bila kita hidup pada masa Imam Syathibi, masihkah kita menggenggam sunnah ???, atau justru luluh di tengah masyarakat yang tergelimang dalam bid’ah ???

Imam asy-Syathibi hidup pada abad ke 8 Hijriyah, bagaimana dengan kita yang hidup pada zaman ini (abad 15 Hijriyah) ???.. Padahal keburukan akan semakin bertambah seiring bertambahnya zaman, sebagaimana sabda Rasulullah :

“Sesungguhnya tidak berlalu suatu zaman atas kalian kecuali zaman setelahnya lebih buruk dari zaman sebelumnya hingga kalian menjumpai Rabb kalian.”[HR. Bukhari, no.6541]

Namun, Rasulullah telah mengabarkan pada kita berita yang menggembirakan hati, melapangkan dada-dada kaum muslimin yang berpegang teguh pada sunnah, diantara sabda Beliau shallallahu alaini wa sallaam :

“Sesungguhnya Islam berawal dengan keasingan dan akan kembali kepada keasingan sebagaimana awalnya makamaka bergembiralah bagi orang-orang yang asing.”

Rasulullah ditanya : “Siapa mereka wahai Rasulullah ?”

Jawab beliau : “Yaitu yang melakukan perbaikan ketika manusia telah rusak.”
[HR. Abu Amr Ad Dani, Silsilah Ash Shahihah no.1273]

“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari kesabaran, kesabaran di hari itu seperti menggenggam bara api, bagi yang beramal (dengan Sunnah Nabi) pada saat itu akan mendapatkan pahala lima puluh.”

Seseorang bertanya : “Limapuluh dari mereka wahai Rasulullah ?”
Rasulullah menjawab : “Pahala limapuluh dari kalian.”
(Shahih, HR Abu Dawud, At Tirmidzi lihat Silsilah Ash Shahihah no. 494)

“Beribadah di zaman fitnah sama dengan berhijrah kepadaku.” [HR.Muslim 4/2268 no.2948]

 Tentulah hal-hal tsb merupakan keutamaan yang agung bagi kita yang hidup di akhir zaman. Menjadikan kita semakin kuat untuk terus menapaki jalan sunnah walaupun terasa terjal dan berbatu-batu.

Ya Allaah, kuatkanlah kaki-kaki kami untuk senantiasa tegar di atas sunnah Nabi-Mu, dan berikanlah kami keistiqamahan sampai akhir hayat hingga kami dapat melihat wajah-Mu di surga yang paling tinggi... Aamiin.

Selasa, 03 Desember 2013

" Bersahabat Karena Alloh "


"Perumpamaan orang-orang yang beriman itu dalam saling kasih-mengasihi, saling cinta-mencintai dan saling tolong-menolong, seperti sebatang tubuh. Kalau ada salah satu anggota yang terkena penyakit, maka seluruh tubuh ikut menderita tidak dapat tidur malam.dan semua merasakan demam panas. (HR: Buchori)

Ya Allah
Ketika aku menyukai seorang tmn, tlng ingatkanlah aku bhwa di dunia ini tak akn prnah ada sesuatu yg abadi.
Sehngga ketika se2orang meninggalknku, aku akn tetap kuat & tegar kerna aku bersama Yang Tak Pernah Berakhir, iaitu cinta-Mu Ya Allah

Persahabatan sejati adalah persahabatan yang tulus kerana Allah, tanpa syarat, dan tanpa kepentingan.
Kita mencintai dan menyayangi sahabat kita hanya karena Allah, Bertemu dan berpisah karena Allah, ketiadaannya sungguh membuat hati rindu.
Perjumpaan dengannya sungguh menentramkan hati dan penuh dengan manfaat, kita merasakan aman saat bersamanya ataupun saat berpisah, karena kita sangat tahu ia akn selalu menjaga nama baik kita.
Saat menatap wajahnya selalu mengingatkan kita pada Allah, tutur katanya sungguh menyejukkan jiwa dan Akhlaknya sungguh mempesona. Tentu kita
ingin memiliki sahabat ideal seperti itu.
 
MULAILAH DENGAN DIRIMU..!!!!
Dengan merubah diri kita, tentu sahabat kita akan ikut berubah, dan Dengan demikian, InsyaAllah anda akan merasakan Manisnya Persahabatan, Manisnya Ukhuwah Anugerah dari Allah untuk untuk kita hambanya yang saling mencintai Karena Allah.

-1- Mendoakannya selalu:
Rasulullah Besabda: " Doa yang terbaik adalah Doamu untuk saudaramu sedangkan ia tidak mengetahuinya."
Dengan saling mendoakan akan menumbuhkan ketulusan persahabatan dan persaudaraan dan bisa menjauhkan kita dari Iri, Hasad dan dengki serta persahabatn kita semakin Tulus karena Allah.

-2- Bantu Meringankan Bebannya:
Rasulullah Besabda: "Barangsiapa yang meringankan beban saudaranya maka
Allah akan meringankan bebannya didunia dan Akhirat...."


-3- Menutupi Aibnya dan Menjaga Nama baiknya:
Sahabat yang baik akan berusaha menutupi kekurangan dan aib sahabatnya, karena tentu tdk ada seorang pun yang maHU aibnya diketahui semua orang.
RasulullAh bersabda : Barang siapa menutupi Aib saudaranya, maka Allah
akan menutupi aibnya didunia dan Akhirat.." SubhanallAh. Dan sahabat
yang baik, ia akan berusaha membela nama baik sahabatnya ketika orang-orang menjelek-jelekkanya sedang ia tidak ada disana. Karena Kehormatan saudaranya Adalah kehormatannya juga,ia tidak akan rela kehormatan saudaranya di injak-injak dihadapannya, ia akan membela nama baik sahabatnya namun tetap dengan akhlak yang baik juga, dan itu
dilakukannya hanya karena mencari reda Allah.

-4- Mengingatkan jika sahabat kita sedang Khilaf dan memaafkan jika Ia
melakukan kesalahan:

 Tiada orang yang sempurna, itulah kata-kata yang tepat untuk kita semua tanpa terkecuali, Sebaik apapun sahabat kita, pasti suatu saat ia akan melakukan kesalahan. sebagai sahabat kita harus mengingatkannya namun dengan cara-cara yang baik dan berdasar atas kasih sayang, bukan untuk menghakimi tapi untuk memberi pengertian kepadanya akan kekeliruan yang telah dialakukan. Tentu kita semua pernah melakukan kesalahan, Apa yang kita inginkan jika kita melakukan kesalahan..?? pasti kita ingin agar orang lain memaafkan kesalahan kita, demikian juga orang lain, mereka ingin agar kesalahannya kita maafkan.
Memang tidak mudah memaafkan kesalahan orang lain, apalagi jelas-jelas
dilakukan dengan kesengajaan, dibutuhkan kebesaran jiwa dan kelapangan dada, karena itulah Alloh sangat mencintai orang-orang yang berjiwa pemaaf.


Semoga Tips yang Ane sampaikan diatas bisa bermanfaat buat kita bersama ..Aamin 3x

Sabtu, 30 November 2013

Biasakan dirimu berbuat " IKHLAS "



Apa itu ikhlas…?
Tau kah Anda Apa itu ikhlas?
bagaimana kita bisa mendapatkan keikhlasan jiwa?
Allah ridho kepada orang yang ikhlas kepadaNya..
Mungkin cukup banyak orang yang menganggap ikhlas adalah menerima, anggapan tersebut bisa saja benar namun bisa juga salah, sangat tergantung kepada bagaimana proses menerima tersebut.
Ikhlas tidak dapat kita paksakan, sebab bila kita memaksakan diri kita untuk menerima suatu ketentuan, namanya juga memaksakan diri ya tentu saja akan menjadi terpaksa.
Ikhlas sangat mirip bahkan mungkin hampir dapat dikatakan sama dengan ridho, bila kita ridho kepada Allah tentu saja Allah akan ridho kepada kita, ridho itu sendiri adalah gabungan dari tulus dengan ikhlas.
Kita akan sangat membutuhkan prasangka baik kepada Allah, sebagai penunjang usaha kita dalam mencapai keikhlasan jiwa, sebab untuk dapat menerima dengan besar hati ataupun dengan lapang dada, ketentuan dari Allah, bukan dengan menahannya, tetapi menerima dengan penuh kerelaan, kesadaran, ilmu serta pengertian akan ketentuan tersebut.
Semisal kita sakit, baik sakit fisik maupun sakit perasaan kita, tentunya bukanlah diterima begitu saja dengan segala keluh-kesah kita, tetapi dengan pengertian ilmu kita bahwa tiada rasa sakit sebiji zarahpun kecuali Allah akan menambahkan kemuliaan kepadanya, ditambah lagi sakit akan menggugurkan dosa-dosa kita, mungkin juga termasuk menghilangkan sel-sel haram di tubuh kita, yang tumbuh dari makanan yang kurang halal, ataupun kita memakannya dengan tangan kiri, ataupun lupa pada Basmallah nya, bahkan bila sakitnya membawa maut pun, sakratul maut yang super sakit akan dapat ditukarkan dengan super mulia.
Haruslah kita senantiasa perprasangka baik kepada Allah yang akan membayar lebih dari siapapun atas segala yang kita tanggung serta mengganti segala yang diambil kembali oleh Allah., dengan pengganti yang berlipat kali lebih baik, asalkan saja semuanya itu kita lakukan dengan ikhlas karena Allah.
Semua orang merasa senang bila naik kelas, naik pangkat, naik jabatan atau naik gaji, sebab semuanya itu akan menaikan derajat kita didunia, tentu saja hal tersebut seharusnya membuat kita menyadari bahwa bila Allah memberikan kita ujian berupa cobaan, berarti Allah akan menaikan derajat kita dunia serta akhirat sekaligus, mengenai rasa sakit dalam menjalani cobaan tentunya kita sudah mengerti dengan jelas cara untuk menanganinya.
Dengan semua alasan tersebut diatas tentunya akan membuat kita menjadi rela untuk menerima serta menjalani ketentuan Allah untuk ditukar dengan segala keuntungan serta kemudahan yang akan Allah berikan, sebab dalam setiap satu kesulitan yang dilalui kita akan mendapatkan dua kemudahan.
Untuk mendapatkan ilmu ikhlas yang akan membuat jiwa kita ikhlas kepada segala ketentuan Allah, kiranya kita dapat mencobanya dengan menggabungkan ridho, sabar serta tawadhu kepada Allah, atau bila kita mau lebih bersusah payah dengan mengolah langsung dari inti-intinya yaitu prasangka baik kepada Allah.

" ISLAM ITU INDAH "

                                                 

Keistimewa'an dan Keindahan Agama Islam ...
Dibanding agama Lain ...
Islam adalah agama satu-satunya yang memiliki banyak keistimewaan dan keindahan yang sangat mengagumkan bagi siapapun yang memeluknya.
Diantara keistimewaan dan keindahan agama Islam selain sebagai satu-satunya agama yg diterima n diridhoi oleh Allah pada hari Kiamat ialah sebagai berikut:
1. Memeluk agama Islam akan menghapuskan seluruh dosa dan kesalahan orang-orang kafir yang dilakukan sebelum masuk Islam.
Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya:
Katakanlah (hai Muhammad,) kepada orang-orang kafir itu: ”Jika mereka berhenti(dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali (kepada kekafiran) lagi, sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnatullah(ketetapan Allah) terhadap orang-orang (kafir) terdahulu”. (QS. Al-Anfaal: 38).
Hadits ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu anhuyang menceritakan kisahnya ketika masuk Islam, ia berkata:
“Ketika Allah menjadikan Islam dalam hatiku, aku mendatangi Nabi shallallahu alaihi wasallam, dan aku berkata: ”Bentangkanlah tanganmu. Aku akan berbai’at kepadamu.” Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam membentangkan tangan kanannya. Dia (‘Amr bin ‘Ash) berkata: ”Maka aku tahan tanganku (tidak menjabat tangan Nabi shallallahu alaihi wasallam).” Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bertanya: ”Ada apa, hai ‘Amr?” Dia berkata: ”Aku ingin minta syarat.” Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bertanya: ”Apakah syaratmu?” Maka aku berkata:”Agar (dosa-dosa dan kesalahan) aku diampuni.” Maka Nabi shallallahualaihi wasallam bersabda: ”Apakah engkau belum mengetahui, bahwa sesungguhnya (masuk) Islam itu menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya. Hijrah itu menghapuskan dosa-dosa sebelumnya. Da haji itu menghapuskan dosa-dosa sebelumnya?” (HR. Muslim dalam Kitab Al-Iman, I/112, nomor. 121).
2. Apabila seorang masuk Islam kemudian ia membaguskan kwalitas keislamannya, maka ia tidak disiksa atas perbuatannya ketia dia masih kafir, bahkan Allah Ta’ala akan melipatgandakan (pahala)amal-amalkebaikan yang dilakukannya.
Hal ini sebagaimana dijelaskan di dalam sebuah hadits berikut ini:
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ”Jika salah seorang diantara kalian membaguskan (kwalitas) Islamnya, maka setiap kebaikan yang dilakukannya akan ditulis (oleh Allah)sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Adapun keburukan yang dilakukannya, akan ditulis (oleh Allah)satu kali (saja) sampai ia berjumpa dengan Allah (maksudnya hingga ia mati, pent).”. (HR. Muslim didalam Kitab Al-Iman, I/118 nomor. 129).
3. Islam tetap menghimpun amal-amal kebaikan yang pernah dilakukan seseorang, baik ketika ia masih kafir maupun ketika sudah menjadi seorang muslim.
Hal ini sebagaimana ditunjukkan hadits shohih berikut ini:
Dari Hakim bin Hizam, ia berkata:”Wahai Rasulullah, apakah engkau memandang perbuatan-perbuatan baik yang aku lakukan sewaktu masa jahiliyah (kafir), seperti: shodaqoh, membebaskan budak atau silaturahim tetap mendapat pahala?”Maka Nabi bersabda: ”Engkau telah masuk Islam beserta semua kebaikanmu yang terdahulu.” (HR. Al-Bukhari, Kitab Zakat, nomor. 1436.Lihat juga hadits nomor. 2220, 2538, 5992).
4. Islam menjadi sebab terhindarnya seorang hamba dari siksa api neraka.
Hal ini berdasarkan hadits shohih berikut ini:
Dari Anas radhiyallahu anhu, ia berkata : “Ada seorang anak Yahudi yang selalu membantu Nabi shallallahu alaihi wasallam, kemudiania sakit. Maka Nabi datang menjenguknya, lalu beliau duduk di dekat kepalanya, seraya mengatakan: ”Masuklah ke dalam agama Islam,” maka anak Yahudi itu melihat ke bapaknya yang berada di sisinya, maka bapaknya berkata kepadanya:”Taatilah (perintah) Abul Qasim (yakni Nabi).” Maka anak itu akhirnyamasuk Islam. Kemudian Nabi keluar, seraya mengucapkan: ”Segala puji hanya milik Allah yang telah menyelamatkannya dari siksa api neraka.” (HR. Al-Bukhari, hadits nomor. 1356 n 5657).
subhanallah.. Maha besar ALLAH BAGI SEGALA FIRMANNYA. Sekian postingan hari ini, semoga bermanfaat.

Rabu, 13 November 2013

WANITA yang cantik Wajah dan Hatinya






















Kisah nyata seorang Wanita Cantik yang membuat para Ulama merasa Kagum

ketika melalui sebuah jalan di kota Bashra' Al-Attabi melihat wanita yang sangat cantik sedang bergurau senda dengan seorang lelaki tua. Setiap kali wanita cantik itu berbisik lelaki tua itupun ketawa.
Al-Attabi merasa penasaran ingin tahu. Kemudian beliau memberanikan diri untuk bertanya pada wanita itu siapa sebenarnya lelaki tua tersebut ?

Kemudian wanita itu menjawab dengan jujur :
" Dia adalah suamiku "

"Kamu ini cantik dan menawan, bagaimana kamu dapat bersabar dengan suami yang jelek seperti itu? Sungguh, ini adalah sesuatu yang mengherankan," Al Atabi meneruskan soalnya lagi.

"Barangkali karena mendapatkan wanita sepertiku, maka dia bersyukur. Dan aku mendapatkan suami seperti dirinya, maka aku bersabar. Bukankah orang yang sabar dan bersyukur adalah termasuk penghuni syurga? Salahkah aku bersyukur kepada Allah atas kurnia ini?"

Al Attabi kemudian meninggalkan wanita itu dengan rasa kekaguman. Ulama Al Azhar, Dr Mustafa Murad juga kagum dengan wanita itu sehingga memasukkan kisah ini dalam bukunya Qashashush Shaalihiin. Kedua ulama tersebut tidaklah kagum kepada wanita itu karena kecantikannya. Namun mereka kagum karena agamanya.

Dan benarlah pesan Rasulullah: "Wanita itu dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung." (HR. Bukhari dan Muslim)

Wanita yang baik agamanya, ketika dia kaya, dia tidak sombong, dermawan, suka berinfaq dan menyokong perjuangan dakwah suami dengan hartanya.

Wanita yang baik agamanya, ketika dia mempunyai kedudukan tinggi dan nasab yang mulia, dia tidak menghina orang lain. Justru itu dia menjadi wanita yang mulia dan menggunakan kedudukannya untuk membela kebenaran.

Wanita yang baik agamanya, ketika dia cantik, dia tidak membuat suaminya resah. Dia menjadi penghibur hati dan penyejuk mata bagi suaminya tercinta. Wallahu a'lam

Selasa, 12 November 2013

Orang Mulia disisi Alloh

                                                                               

ORANG YANG PALING MULIA DISISI ALLOH
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” [Al-Hujurât: 13]

Manusia hanyalah bernilai dan mulia di sisi Allah dengan ketakwaan, bukan dengan pangkat dan jabatan, garis keturunan dan nasab, dan bukan pula dengan kekuasaan dan harta.
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidaklah melihat kepada paras rupa dan harta-harta kalian. Akan tetapi, Allah melihat kepada hati-hati dan amalan-amalan kalian.”[Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu]
Di hari-hari Tasyrîq yang agung, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ، وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلَا أَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ، وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ، إِلَّا بِالتَّقْوَى
“Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahwa Rabb kalian adalah satu, dan ayah kalian semua adalah satu. Ketahuilah, tidak ada keutamaan orang Arab di atas orang Ajam, juga tidak ada (keutamaan) orang Ajam di atas orang Arab, serta tidak ada (keutamaan) orang berkulit merah di atas orang yang berkulit hitam, dan tidak ada (keutamaan) orang berkulit hitam di atas orang berkulit merah, kecuali dengan ketakwaan.”[Diriwayatkan oleh Ahmad dan selainnya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ash-Shahîhah no. 2700]
Jangan merasa BANGGA jika anda belum bertakwa.
Jangan menganggap diri TAMPAN atau CANTIK tanpa hiasan ketakwaan.
Berhentilah tersanjung oleh NASAB dan HARTA, jika anda di luar jalur ketakwaan.
Jangan berkecil hati dalam kondisi apapun, selama anda menjaga jiwa dan amalan di atas mahligai ketakwaan.
Semoga risalah ini bisa menambah manfaat buat kita semua .Aamin

" Syiah Vs Anak yatim "

                                                                     

Menyantuni Anak Yatim di Hari Asyura dan Ritual Syi'ah

Pertanyaan :

Saat ini banyak tersebar keyakinan di masyarakat tentang anjuran menyantuni anak yatim di hari Asyura. Apakah benar demikian ?? Adakah dalil tentang hal ini ??


Jawaban :

Ada dua kelompok yang menyimpang dari ajaran Islam yang lurus banyak memiliki kepentingan terkait hari Asyura :

Pertama, kelompok Syiah. Mereka menjadikan hari Asyura sebagai hari berkabung dan belasungkawa, mengenang kematian sahabat Husein. Mereka lampiaskan kesedihan di hari itu dengan memukul-mukul dan melukai badan sendiri.

Kedua, rival dari kelompok Syiah, merekalah An-Nashibah, kelompok yang sangat membenci ahli bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah orang Khawarij dan kelompok menyimpang dari Bani Umayah, yang memberontak pada pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu, memproklamirkan menjadi musuh Syiah Rafidhah. Mereka memiliki prinsip mengambil sikap yang bertolak belakang dengan Syiah.

Syaikhul Islam Ibnu taimiyah mengatakan, “Dulu di Kufah terdapat kelompok Syiah, yang mengkultuskan Husein. Pemimpin mereka adalah Al-Mukhtar bin Ubaid Ats-Tsaqafi Al-Kadzab (Sang pendusta). Ada juga kelompok An-Nashibah (penentang), yang membenci Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Salah satu pemuka kelompok An-nashibah adalah Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Dan terdapat hadis yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda :

سيكون في ثقيف كذاب ومبير

"Akan ada seorang pendusta dan seorang perusak dari Bani Tsaqif"(HR. Muslim)

Si pendusta adalah Al-Mukhtar bin Ubaid –gembong syiah– sedangkan si perusak adalah Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi.

Orang Syiah menampakkan kesedihan di hari Asyura, sementara orang Khawarij menampakkan kegembiraan. Bid’ah gembira berasal dari manusia pengekor kebatilan karena benci Husein radhiallahu’anhu, sementara bid’ah kesedihan berasal dari pengekor kebatilan karena yang mengklaim cinta Husein. Dan semuanya adalah bid’ah yang sesat. Tidak ada satu pun ulama besar empat madzhab yang menganjurkan untuk mengikuti salah satunya. Demikian pula tidak ada dalil syar’i yang menganjurkan melakukan hal tersebut.

[Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyah, 4:555]

Di beberapa negara Islam, keyakinan semacam ini sempat tersebar. Sebagian kalangan menganjurkan agar kaum muslimin banyak menyantuni anak yatim ketika hari Asyura. Dalam rangka menyenangkan anak-anak, sebagaimana ketika hari raya. Bisa jadi, anggapan ini merupakan cipratan dari prinsip Khawarij dan sebagian kalangan Bani Umayah seperti di atas.

Dan demikianlah kebiasaan ahli bid'ah. Mereka memiliki prinsip ekstrim kanan atau ekstrim kiri. Orang Syiah menjadikan hari Asyura sebagai hari berkabung sedunia. Meratapi kematian Husein, menurut anggapan mereka itu adalah kebaikan. Di sisi yang berlawanan, orang Khawarij dan kelompok menyimpang di kalangan Bani Umayah justru menjadikan hari tersebut sebagai hari kebahagiaan, sebagaimana layaknya hari raya. Karena mereka berprinsip untuk tampil'beda'dengan rivalnya Syiah.

Tidak kita pungkiri menyantuni anak yatim adalah amalan yang mulia.Bahkan Baginda Nabi Muhammad SAW. menjanjikan dalam sebuah hadist :

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ كَهَاتَيْنِ فِى الْجَنَّةِ , وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى , 

وَفَرَّقَ بَيْنَهُمَا قَلِيلاً

“Saya dan orang yang menanggung hidup anak yatim seperti dua jari ini ketika di surga.” Beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah, dan beliau memisahkannya sedikit.”(HR. Bukhari no. 5304)

Dalam hadis shahih ini, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam hanya menyebutkan keutamaan menyantuni anak yatim secara umum, tanpa beliau sebutkan waktu khusus. Artinya, keutamaan menyantuni anak yatim berlaku kapan saja. Sementara kita tidak boleh meyakini adanya waktu khusus untuk ibadah tertentu tanpa dalil yang shahih.

Semoga artikel ane ini bisa menambah menfa'at serta bisa menambah keimanan dan keyakinan kita terhadap Alloh dan rosulnya. agar kita terselamat dari Ahli Bid'ah. Aamin 

Jumat, 08 November 2013

" Nikmatya IMAN "

                                                 

Kapan kita Merasa Nikmatnya Iman ...?

Untuk menghitung nikmat Allah saja kita tidak bisa. Apalagi membalaskan tentu tidak bisa. Sekiranya lautan menjadi tinta dan ranting-ranting menjadi pena tidak akan sanggup untuk menuliskan nikmat Allah SWT meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula. Tidak akan bisa. 
Sudah berapa galon air yang kita minum ...?
Sudah berapa goni beras yang kita makan ...?
Sudah berapa ton ikan yang kita makan ...?
Sudah berapa juta ekor ayam yang kita makan ...?
Sudah berapa milyar uang yang kita habiskan ...?
Untuk membuat satu tetes air saja manusia tidak akan mampu
Untuk membuat satu butir beras saja manusia tidak akan mampu
Untuk membuat siripnya ikan saja manusia tidak akan mampu
Untuk membuat taiknya ayam saja manusia tidak akan mampu
Manusia tidak akan mampu untuk menghitungnya, apalagi membalasnya. Allah SWT perintahkan kita bersyukur atas nikmat yang diberikannya.
Banyak sekarang manusia bersyukur kalau dapat jabatan, kalau dapat uang, kalau dapat jodoh, kalau dapat pekerjaan, kalau dapat nilai yang bagus. Tetapi jarang sekali manusia bersyukur di beri nikmat iman dan islam.
Kapankah kita merasa nikmatnya Makan ...? Ketika lapar
Kapankah kita merasa nikmatnya minum ...? Ketika haus
Kapankah kita merasa nikmatnya tidur ...? Ketika ngantuk
Kapankah kita merasa nikmatnya persahabatan ...? Ketika Berpisah dalam Keharuan yang sangat
Kapankah kita merasa nikmatnya Hidup ...? Ketika dalam Kekurangan, ketiadaan
Kapankah kita merasa nikmatnya cinta ...? Ketika berpisah dengan orang yang kita cintai
“Ketika keluar 4 bulan bukan main rindunya kepada kekasih hati tercinta. Waktu dirumah tidak pernah ada waktu untuk berbicara dengan serius antara suami dan istri tetapi waktu keluar bawaannya mau nelpon saja. 1 jam tidak terasa padahal waktu taklim. Kalau waktu keluar bukan main mesranya, tetapi waktu dirumah mengucapkan kata sayang pun tidak pernah.”
Kapankah kita merasa nikmatnya  Iman ...? sahabat nabi yg bernama
Bilal ra telah ditanya kapan engkau merasa nikmat iman ...? Ketika aku ditimpa batu yang besar, di padang pasir, di terik matahari, aku dipukuli dan aku berkata : “Ahad, ahad, ahad”
Umar bin Khaththab adalah seorang presiden. Khalifah pada saat itu memiliki pakaian dengan 13 tambalan. Pernah suatu ketika Umar mengganti bajunya karena disarankan seseorang. Umar pulang kerumah dengan baju baru, istrinya berkata : “Abang lebih tampan dengan baju yang bertambalan 13”
Justru bukan dalam kemewahan manusia tak akan bisa menikmati sebuah keberadaan.
Orang yang kaya sudah tidak merasa enak lagi makan ayam dan daging karena sudah setiap hari dia makan. Orang yang miskin akan merasa enak kalau makan ayam dan daging, bahkan ketika makan akan nambah dan nambah karena orang miskin jarang makan ayam sama daging.
Orang kaya akan terasa sulit tidur karena banyak pikiran. Satu orang tukang becak bisa tertidur di didalam becaknya dibawah sinar matahari yang terik.
Nabi SAW rela dicaci, dimaki dan disakiti serta berkorban habis-habisan untuk agama untuk mendapatkan nikmatnya iman.
Khadijah rela mengorbankan semua hartanya untuk mendapatkan nikmatnya iman.
Abu Bakar rela mengorbankan semua hartanya untuk mendapatkan nikmatnya iman.
Para sahabat rela kepala berpisah dari badan untuk mendapatkan nikmatnya iman.
Para sahabiyah rela suaminya syahid dijalan Allah untuk mendapatkan nikmatnya iman.
Anak-anak para sahabat rela berpisah dari ayahnya untuk mendapatkan nikmatnya iman.

Dahulu Sahabat mengusahakan iman dengan penderitaan di bawah penderitaan
Tapi saat ini kita mau bila melaksanakan dengan Senang di atas Kesenangan

Kita setiap hari bisa makan enak padahal Nabi SAW tidak pernah makan yang enak-enak
Kita setiap hari bisa tidur nyenyak padahal Nabi SAW tidak pernah tidur dengan nyenyak
Kita shalat dimesjid diruangan yang dipenuhi dengan AC
Kita punya baju bukan bertambal 13 tetapi 13 kali ganti baju setiap hari.
Kita punya suami yang setiap pagi bisa menemani sarapan pagi dengan segelas kopi
Kita punya istri yang bisa di peluk setiap malam dengan kehangatan
Kita punya anak yang setiap hari bisa bercanda ria dengan kesenangan

Lihat ... Lihat ... Lihat ... Lihat ...dan  Lihat ...
Kehidupan para sahabat yang suaminya jarang dirumah, yang setiap keluar bawa pedang yang tidak pasti kapan pulang.
Yang suaminya tidak sempat mandi junub untuk mendapatkan nikmatnya iman.
Yang suaminya syahid dijalan Allah untuk mendapatkan nikmatnya iman.

Berapa banyak hari ini suami yang mati dalam keadaan junub karena tidak bisa mandi junub.
Berapa banyak hari ini suami yang korupsi karena istrinya ingin mobil yang baru.
Berapa banyak hari ini suami mati dipangkuan istrinya tetapi tidak bawa iman.

Kapan kita Merasa Nikmatnya Iman ...?
Silahkan dijawab didalam hati ...
Apa yang sudak kita korbankan untuk agama ...?
Sehingga iman akan terasa nikmat
Shalat akan terasa nikmat
Zikir akan terasa nikmat
Puasa akan terasa nikmat
Ibadah akan terasa nikmat kalau kita sudah merasa nikmatnya iman

Nikmat iman akan didapat kalau kita ada pengorbanan untuk agama.
13 jam kita puasa menahan haus dan dahaga, menahan nafsu dan amarah. Tetapi setelah berbuka puasa 5 menit saja minum es dan beberapa butir kurma. Bukan main nikmatnya. Hilanglah rasa lapar yang 13 jam.
Nikmat minuman dan makanan akan terasa ketika haus dan lapar
Capek-capeklah kita keluar 3 hari, 40 hari dan 4 bulan. Berpisah dengan anak dan istri. Berpisah dengan sahabat dan pekerjaan. Tetapi 1 detik saja masuk surga maka hilanglah semua rasa capek selama ini memperjuangkan agama Allah SWT.
Nikmat iman akan kita dapatkan kalau kita meluangkan waktu untuk agama Allah

Ketika kita keluar berjuang dijalan Allah maka nikmat iman itu akan sangat terasa dalam sanubari kita .

Jumat, 01 November 2013

Dua Nikmat Yg selalu diabaikan

                                                                          
                                                                           
Allah menciptakan manusia di atas muka bumi ini adalah dengan tujuan untuk beribadat dan mengabdikan diri kepada-Nya, tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Seperti mana yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam al-Quran :

وَمَاخَلَقْتُالْجِنَّوَالإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Tidaklah Aku menciptakan manusia dan jin itu melainkan untuk beribadah kepada-Ku"
(Surah Az-Zariyat 51:56)

Bagi membolehkan manusia melakukan tujuan tersebut dengan baik, maka Allah SWT telah mengurniakan manusia berbagai nikmat yang tidak terhitung banyaknya, bermula dari masa kelahiran kita hinggalah ke saat ajal menjelang. Dengan nikmat yang dikurniakan itulah manusia dapat menjalankan tujuan sebenar penciptaan mereka, iaitu untuk beribadah kepada Allah. 

Tapi, malangnya nikmat yang banyak yang dikurniakan Allah itu seringkali dilupakan dan disalahgunakan oleh manusia. Sering kali dengan nikmat yang dikurniakan itu, manusia melakukan kekufuran terhadap Allah. Amat sedikit sekali yang bersyukur dengan nikmat-nikmat Allah itu. Firman Allah SWT :

"Dan Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur." (Surah Al-Mu'minun, ayat 78)

Sabda Rasulullah SAW :
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

"Daripada Ibn Abbas RA berkata : telah bersabda Rasulullah SAW : "ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia sering lupa dan lalai, iaitu nikmat sihat dan nikmat masa lapang.(HR. Bukhari no 6412 dari Ibnu Abbas)

2 nikmat yang sering dilupakan

Dalam hadis di atas, telah dinyatakan kepada kita bahawa nikmat sihat dan nikmat masa lapang adalah dua nikmat yang manusia sering lupa dan leka daripadanya. Bagaimana dua nikmat ini sering dilupakan?

  1. Nikmat sehat

Nikmat sehat adalah satu nikmat yang sangat-sangat bernilai dalam kehidupan manusia. Malah, mungkin nikmat yang paling berharga setelah nikmat Iman dan nikmat Islam. Dengan nikmat sehat, manusia dapat melakukan pelbagai aktivitas dan dapat hidup dengan sempurna.

Coba bayangkan, seorang yang kaya raya tetapi sakit, mempunyai rumah besar dan selesa tetapi kehidupannya asyik menderita karena sakit yang dihadapi, dihidangkan pula kepadanya makanan dengan lauk pauk yang enak dan lazat tetapi dia sendiri tidak dapat merasainya karena boleh memudaratkan. Adakah kemewahan yang dimilikinya itu memberi makna lagi kepada kehidupannya? Tidak sama sekali. Kemewahannya itu tidak memberi apa-apa makna kepada kehidupannya. Malah, dia mungkin merasakan seolah-olah tidak pernah mengecapi apa-apa kemewahan pun dalam kehidupannya disebabkan satu nikmat yang kurang daripada hidupnya, yaitu nikmat sehat.

Hal ini menunjukkan betapa bernilainya nikmat sehat kepada kehidupan manusia. Tanpa nikmat sehat, seolah-olah dunia ini gelap bagi manusia.

Allah telah mengurniakan manusia dengan nikmat sehat dengan tujuan agar manusia dapat memanfaatkannya untuk beribadat kepada-Nya sesempurna mungkin. Tetapi malangnya, ada juga manusia yang pada waktu sehatnya tidak pula ia menggunakan nikmat sehat itu dengan memperbanyakkan beribadat kepada Allah. Malah, digunakan pula nikmat itu untuk melakukan maksiat kepada Allah. Ini merupakan antara bentuk bagaimana nikmat sehat dilalaikan. Apabila waktu sakit, barulah mereka kembali mengingati Allah.

Sepertimana yang telah dijelaskan, nikmat sehat merupakan nikmat yang sangat berharga dalam kehidupan manusia. Sepatutnya, apabila kita mendapat sesuatu yang bernilai dan sangat dicintai, menjadi lumrah manusia akan turut menghargai dan berterima kasih kepada sang pemberi. Begitu juga dengan nikmat sehat, ia merupakan nikmat yang sangat dicintai oleh semua manusia. Jadi, apabila kita dikurniakan nikmat sehat, sewajarnya kita berterima kasih dan bersyukur atas nikmat yang dikurniakan itu. Apabila tidak bersyukur, itulah namanya kufur nikmat. Tidak menghargai pemberian agung dari Allah SWT.

Bagaimana bersyukur dengan nikmat sehat?

Tujuan asal penciptaan manusia adalah untuk beribadat kepada Allah. Bersyukur dengan nikmat sehat boleh dilaksanakan dengan memperbanyakkan ibadat kepada Allah sementara kemampuan masih ada. Apabila tiba waktu sakit, manusia mungkin tidak lagi mampu untuk beribadat dengan sesempurna mungkin. Jadi, pada waktu sehat lah waktu yang baik untuk melahirkan rasa kesyukuran kita kepada Allah atas nikmat yang dikurniakan.


  1. Nikmat waktu lapang(sempat)

Nikmat masa lapang merupakan antara berbagai-bagai nikmat yang telah dikurniakan Allah kepada manusia. Perkara ini memang benar. Coba kita imbas kembali masa yang telah berlalu. Kadang-kadang, ada waktu yang kita merasakan sangat-sangat sempit disebabkan bebanan kerja yang bertimbun. Pada waktu ini, masa kita sangat terbatas.Waktu kita hanya ditumpukan kepada kerja yang dibebankan itu. Sampaikan kita tidak ada waktu untuk berhibur, waktu untuk beribadat pun menjadi semakin sempit. Tetapi, di waktu yang lain pula, kita merasakan sangat-sangat lapang, karena bebas daripada apa-apa kerja, bebas daripada apa-apa pertanggungjawaban dunia. Waktu lapang inilah nikmat yang dikurniakan Allah kepada kita untuk kita manfaatkan dengan sebaiknya.

Dalam hadis yang lalu, telah dinyatakan bahwa nikmat masa lapang adalah antara nikmat yang sering dilalaikan oleh manusia. Bagaimana nikmat ini dilalaikan?

Berbagai-bagai perkara yang boleh melalaikan kita daripada nikmat waktu lapang. Boleh jadi waktu lapang kita dilalaikan dengan nongkrong, tanpa ada perkara-perkara yang berfaedah yang diisi padanya. Bermacam-macam perkara yang memungkinkan kita melalaikan nikmat waktu lapang yang dikurniakan Allah. Tetapi, yang lebih penting untuk ditekankan, bagaimana menjadikan waktu lapang kita terisi dengan baik dan tidak terbuang dengan sia-sia. Dan juga bagaimana caranya untuk kita bersyukur dengan nikmat waktu lapang ini.

Menjadikan waktu lapang terisi dengan baik juga merupakan cara kesyukuran kita pada Allah terhadap nikmat masa lapang ini. Waktu lapang kita sepatutnya diisi dengan perkara-perkara yang boleh mendekatkan lagi diri kita kepada Allah SWT. Isikan masa lapang kita dengan berbincang perkara-perkara ilmu, hadirkan diri ke majlis-majlis ilmu. Dan, perbanyakkanlah ibadat kita pada ketika waktu lapang ini, karena peluang untuk memperbanyakkan ibadat ini tidak akan kita dapati pada waktu di mana kita sibuk dengan pelbagai urusan.

Kesimpulan

Sebagai kesimpulannya, ingin Ane sampaikan kata-kata daripada Ibn Al-Jauzi :

"Sesungguhnya dunia itu ladang bagi akhirat, dan padanya perniagaan yang keuntungannya akan menuai ketika di akhirat, barangsiapa yang menggunakan waktu lapangnya dan kesehatannya pada ketaatan kepada Allah maka dia orang yang bernasib baik, dan barangsiapa yang menggunakannya (waktu lapang dan kesehatan) pada kemaksiatan kepada Allah maka dia orang yang tertipu."

Dan, cukuplah kata-kata di atas sebagai pembakar semangat dan pendorong buat kita semua dalam memanfaatkan nikmat-nikmat Allah dan menggunakannya untuk ketaatan kepada Allah, dan seterusnya mencapai kejayaan di hari akhirat kelak. Aamin ..Aamin ..InsyAllah.