Pages

Minggu, 22 Desember 2013

Kasih Sayang Ibu tiada Batas

                                                                               


Di suatu desa tinggal seorang ibu yang usianya sudah tua dan hidup berdua dengan anak yang juga hanya satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit keras karena wabah. Sang Ibu seringkali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya itu.  

Rasa sedihnya disebabkan karena anaknya mempunyai tabiat yang buruk, yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam, dan banyak lagi kebiasaan buruk lainnya, yang membuat sang ibu tadi seringkali menangis meratapi nasibnya. Namun ibu tua itu selalu berdoa, "Ya Allah, tolong Engkau sadarkan anakku yang sangat kusayangi, agar dia tak berbuat lebih banyak lagi dosa-dosa. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan anakku bertobat, sebelum aku mati Ya Allah".

Sayangnya makin lama anaknya semakin larut dengan perbuatan buruknya. Sangat sering dia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya.

Pada suatu hari dia kembali mencuri di sebuah rumah penduduk suatu desa. Tapi malang nasibnya dia tertangkap oleh penduduk yang kebetulan sedang lewat. Kemudian dia dibawa ke hadapan Raja untuk diadili sesuai dengan kebiasaan hukum di Kerajaan tersebut. Setelah ditimbang berdasarkan sudah terlalu seringnya ia mencuri, maka tanpa ampun si anak tersebut dijatuhi hukuman pancung. Pengumuman hukuman itu disebarkan ke seluruh desa. Hukuman pancung akan dilakukan keesokan harinya didepan penduduk desa dan kerajaan tepat saat suara bedug Dhuhur.

Berita hukuman pancung itu sampai juga ke telinga sang Ibu. Dia menangis ,meratapi Anak yang sangat dikasihinya itu. Sembari berlutut dia berdoa kepada Tuhan. "Ya Allah , Ampunilah Anak Hamba. Biarlah HambaMu yang sudah tua renta ini yang menanggung dosa dan kesalahannya. Dengan tertatih-tatih dia mendatangi Raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan, tapi keputusan sudah bulat, si Anak tetap harus menjalani hukuman pancung. Dengan hati hancur si Ibu kembali ke rumah . Tidak berhenti dia berdoa supaya anaknya diampuni. Karena kelelahan dia tertidur dan bermimpi bertemu dengan Tuhan.

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan untuk menjadi tempat eksekusi, rakyat berbondong-bondong untuk menyaksikan hukuman pancung tersebut. Sang Algojo sudah siap dengan Pancungnya, dan si Anak tadi sudah pasrah menantikan saat ajal menjemputnya. Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, tanpa terasa dia menangis menyesali perbuatannya.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan, suara bedug tanda masuk waktu dhuhur tidak juga bebunyi. Suasana mulai berisik. Sudah lima menit lewat dari waktunya. Akhirnya didatangi salah satu ta’mir masjid yang bertugas menabuh bedug. Dia Juga mengaku heran, karena sudah dari tadi dia menabuh bedug tapi suaranya sangat kecil.

Ketika mereka sedang terheran-heran, tiba-tiba dari dari sela-sela sambungan kulit bedug mengalir darah, darah tersebut datangnya dari dalam bedug. Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang mencoba membuka kulit bedug. Tahukah Anda apa yang terjadi? Ternyata di dalam bedug itu ditemui tubuh si Ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia menahan kulit bedug dari dalam yang mengakibatkan bedug tidak berbunyi nyaring yang bisa sampai terdengar dari sekitar tempat eksekusi hukuman pancung, sebagai gantinya kepalanya yang hancur.

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si Anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah dikeluarkan. Dia sangat menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah masuk kedalam bedug masjid, untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Demikianlah, sangat jelas kasih seorang ibu untuk anaknya, betapapun jahatnya si Anak. Marilah kita mengasihi orang tua kita masing-masing, selagi kita masih mampu karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di Dunia ini. Amin.

Rabu, 18 Desember 2013

" Hukum Mengucapkan NATAL "

                                                                   
        
# Pertama: Mengucapkan Selamat Natal

Kaum muslimin juga diharamkan mengucapkan 'selamat natal' kepada orang Nashrani dan ini berdasarkan ijma' (kesepakatan) kaum muslimin sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim. Jadi, cukup ijma' kaum muslimin ini sebagai dalil terlarangnya hal ini. Yang menyelisihi ijma' ini akan mendapat ancaman yang keras sebagaimana firman Allah Ta'ala:,



وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

"Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (Qs. An Nisa' [4]: 115). Jalan orang-orang mukmin inilah ijma' (kesepakatan) mereka.


Oleh karena itu, yang mengatakan bahwa Al Qur'an dan Hadits tidak melarang mengucapkan selamat hari raya pada orang kafir, maka ini pendapat yang keliru. Karena ijma' kaum muslimin menunjukkan terlarangnya hal ini. Dan ijma' adalah sumber hukum Islam, sama dengan Al Qur'an dan Al Hadits. Ijma' juga wajib diikuti sebagaimana disebutkan dalam surat An Nisa ayat 115 di atas karena adanya ancaman kesesatan jika menyelisihinya.

# Kedua: Membalas Ucapan Natal

Jika mereka mengucapkan selamat hari raya mereka 'ucapan selamat natal' pada kita, maka tidak perlu kita jawab karena itu bukanlah hari raya kita dan hari raya mereka sama sekali tidak diridhoi oleh Allah Ta'ala.
Hari raya tersebut boleh jadi hari raya yang dibuat-buat oleh mereka (baca: bid'ah). Atau mungkin juga hari raya tersebut disyariatkan, namun setelah Islam datang, ajaran mereka dihapus dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan ajaran Islam ini adalah ajaran untuk seluruh makhluk.

Mengenai agama Islam yang mulia ini, Allah Ta’ala sendiri berfirman:,



وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (Qs. Ali Imron [3]: 85)

# Ketiga: Menghadiri Perayaan Natal

Kita "kaum muslimin" diharamkan menghadiri 'memenuhi undangan' perayaan orang kafir termasuk di dalamnya adalah perayaan Natal. Karena perbuatan semacam ini tentu saja lebih parah daripada cuma sekedar memberi ucapan selamat terhadap hari raya mereka. Menghadiri perayaan mereka juga bisa jadi menunjukkan bahwa kita ikut berserikat dalam mengadakan perayaan tersebut.

Bahkan mengenai hal ini telah dinyatakan haram oleh Majelis Ulama Indonesia sebagaimana dapat dilihat dalam fatwa MUI yang dikeluarkan pada tanggal 7 Maret 1981.

# Keempat: Berkunjung dan Mengucapkan Natal

Tidak diperbolehkan seorang muslim pergi ke tempat seorang pun dari orang-orang kafir untuk mengucapkan selamat hari raya, walaupun itu dilakukan dengan tujuan agar terjalin hubungan atau sekedar memberi selamat (salam) padanya.
Karena terdapat hadits dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:,

لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ

"Janganlah kalian mendahului Yahudi dan Nashara dalam salam (ucapan selamat)." (HR. Muslim no. 2167)

# Kelima: Membantu Dalam Perayaan Natal

Tidak boleh bagi kita seorang muslim bekerjasama dengan orang-orang Nashrani dalam melaksanakan hari raya mereka. Hal ini diharamkan karena dapat membuat mereka semakin bangga dengan jumlah mereka yang banyak.
Di samping itu pula, hal ini termasuk bentuk tolong menolong dalam berbuat dosa.
Padahal Allah SWT berfirman:,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (Qs. Al Maidah [5]: 2)

# Keenam: Menyerupai atau Memakai Kostum Natal

Diharamkan bagi kaum muslimin menyerupai orang kafir (menggunakan simbol, aksesoris, kostum, santa clause) dengan mengadakan pesta natal, atau saling tukar kado (hadiah), atau membagi-bagikan permen atau makanan dalam rangka mengikuti orang kafir pada hari tersebut.
Alasannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka." (HR. Ahmad dan Abu Daud). 

Senin, 16 Desember 2013

" HIDUP DI AKHIR ZAMAN "

                                                           
                                
                       
T E R A S I N G !!!

Terasa nyamankah di telinga kita ketika mendengar kata tersebut ????
Terasing !!!. Begitulah yang digambarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengenai keadaan ahlussunnah di akhir zaman. Sebagaimana sabda beliau :

“Sesungguhnya Islam berawal dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing”[Shahih, HR Abu Dawud, At Tirmidzi]

Asing, aneh, diluar kebiasaan, dan kata-kata lain yang sejenis melekat pada seorang ahlussunnah yang istiqamah di atas sunnah Nabinya dan menggigitnya dengan gigi geraham di akhir zaman ini.

Akhir zaman, yang pada saat munculnya berbagai fitnah, ujian, cobaan, munculnya orang-orang yang menyemarakkan kesyirikan dan melestarikan kebid’ahan, bertebarnya kema’siatan dan merajalelanya kezhaliman, makin banyaknya orang-orang yang menganggap remeh agama, mempermainkannya, bahkan mencampakkannya.

Banyak cacian, hinaan, pemberian julukan-julukan dari orang-orang yang jahil terhadap agama kepada ahlussunnah, seperti : teroris, sok alim, jumud, kolot, aliran sesat, salah pemahaman, wahabi, mujassimah, Khawarij gaya baru, Darul hadist, maz’um, dan julukan konyol lainnya seperti : kambing (karena jenggotnya) & kebanjiran (karena tidak isbal pakaiannya). Julukan-julukan tsb akan semakin menjauhkan seorang dari sunnah, membuat tertekan dan membuat semakin terasing orang-orang yang berusaha mengamalkan sunnah Baginda Nabinya yang mulia Muhammad SAW.

Ahlus-sunnah :
- Ia terasing dalam agama ditengah kerusakan agama manusia.
- Ia terasing dalam pergaulan di tengah pergaulan manusia yang dipenuhi hawa nafsu, khalwat dan ikhtilat.
- Ia terasing dalam aqidah di tengah penyimpangan aqidah manusia.
- Ia adalah orang yang berilmu di tengah manusia-manusia yang jahil.
- Ia adalah pemurni aqidah di tengah para pelestari kesyirikan.
- Ia adalah pemegang sunnah di tengah manusia berbuat bid’ah.
- Ia adalah penyeru kepada Allah dan RasulNya di tengah para penyeru kepada hawa nafsu syahwat dan syubhat.

Rasulullah pun mensifati keadaan ahlussunnah yang menggenggam agamanya seperti orang-orang yang menggenggam bara api.

Rasulullah bersabda :
“Akan tiba suatu masa ketika itu orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti halnya orang yang sedang menggenggam bara api.” [HR.Tirmidzi 2260, as-Shahihah 957]

Hal ini disebabkan oleh banyaknya kemungkaran dan tersamarnya kebenaran, ditambah lagi dengan sikap arogan dan anarkhis dari sebagian pemegang sunnah itu sendiri sehingga orang yang berpegang pada sunnah dimusuhi dan dicurigai. Berbagai macam celaan dan tuduhan dilontarkan. Sebagian dari mereka bahkan diusir dari kampungnya, diasingkan dari keluarganya, seorang akhwat diceraikan oleh suaminya. Terasa amat berat berpegang pada sunnah pada saat sekeliling telah rusak, terasa jalan sunnah begitu terjal.

Ini tidaklah aneh, karena Nabi yang paling mulia, yang memiliki akhlaq yang agung, Allah berikan cobaan yang amat berat dalam menyampaikan risalah Rabbnya. Demikian pula para ulama setelah itu, simaklah sebuah kisah yang diceritakan oleh Imam asy-Syathibi rahimahullah (790 H) tentang keterasingan dirinya, beliau berkata :

Aku memulai memperdalam ushuluddin (pokok-pokok agama) baik amaliyah maupun keyakinan, kemudian memperdalam cabang-cabang yang dibagun di atas pokok-pokok tadi. Dari sana menjadi sangat jelas padaku mana yang sunnah dan mana yang bid’ah, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.


Kemudian aku menguatkan diriku berjalan bersama al-Jama’ah yang dinamai oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dengan nama as-Sawadul A’zham, dan meninggalkan bid’ah yang telah dinyatakan oleh para ulama sebagai sesuatu yang bid’ah dan menyimpang. 

Sedangkan aku ketika itu sudah berada dalam barisan mereka yang sering berkhutbah dan menjadi imam. Namun ketika aku mulai istiqamah di atas sunnah, ternyata ku dapati diriku aneh dan terasing di tengah-tengah mayoritas manusia. Karena agama mereka telah dikuasai oleh adat istiadat dan telah dilumuri kotoran-kotoran bid’ah …

Maka akupun mempertibangkan antara mengikuti sunnah namun menyalahi adat istiadat manusia, pastilah aku akan menghadapi ujian yang amat berat walaupun pahalanya besar. Atau mengikuti mereka namun menyalahi sunnah dan jalan salafusshalih, akibatnya aku termasuk orang-orang yang sesat -dan aku berlindung kepada Allah dari hal tsb-Namun aku yakin bahwa keselamatan ialah denga mengikuti sunnah, dan bahwa manusia tidak dapat menolongku sedikitpun dari azab Allah.

Aku mencoba memulai mengamalkan sunnah secara perlahan, maka tegaklah kiamat padaku !!Cercaan bertubi-tubi menghampiriku. Aku dituduh sesat dan berbuat bid’ah, dan aku diperlakukan layaknya orang pandir dan bodoh..

Terkadang aku dituduh mengatakan bahwa berdo’a itu tidak ada menfaatnya karena aku tidak mau ikut berdo’a secara berjamaah di setiap selesai shalat..

Terkadang aku dituduh sebagai Syiah Rafidhah karena aku tidak mengkhususkan doa untuk khulafaur rasyidin ketika khutbah jum’at. Padahal perbuatan tsb tidak pernah dilakukan oleh salafusshalih, dan tidak pula oleh para ulama yang mu’tabar..

Terkadang mereka mengatakan bahwa aku memberatkan diri dalam urusan agama, karena aku konsekwen dalam hukum dan fatwa serta memakai madzhab-madzhab besar yang sudah diketahui keabsahannya..

Terkadang aku dianggap memusuhi para wali Allah karena aku tidak menyukai kaum sufi yang berbuat bid’ah dan menyimpang dari sunnah ..

Keadaanku menyerupai keadaan seorang imam yang terkenal bernama Abdurrahman bin Bathah di tengah masyarakat pada zamannya, beliau bercerita tentang dirinya :

“Aku merasa heran terhadap keadaanku bersama karib kerabatku baik yang dekat maupun yang jauh, yang mengenalku maupun yang tidak. Aku mendapati di mekkah, khurasan, dan tempat lainnya orang-orang menyeru pada pendapatnya.

Jika aku membenarkan perkataannya ia menamaiku Muwaffiq, jika aku menyalahi sebagian pendapatnnya ia menamaiku Mukhallif.
Jika aku membawakan dalil dari al-Qur’an dan Sunnah yang menyalahi pendapatnya ia menamaiku khariji.
Jika aku membacakan hadits tentang tauhid maka mereka menamakanku musyabbih.
Jika hadits itu berbicara tentang iman ia menamaiku murji’ah.
Jika hadits itu berbicara tentang perbuatan hamba ia menamaiku qodari.
Jika hadits itu berbicara tentang keutamaan ahlulbait ia menamaiku rafidhah.
Jika hadits itu berbicara tentang keutamaan abu bakr dan Umar ia menamaiku Nashibi.
Jika aku menjawab dengan lahiriyah hadits mereka menamaiku zhahiri.
Jika aku menyetujui sebagian dari mereka maka sebagian lainnya murka dan marah padaku.
Jika aku mencari keridhaan mereka maka Allah akan murka kepadaku dan mereka tidak bisa menolongku sedikitpun dari azab Allah.

Sesungguhnya aku berpegang kepada Al Qur’an dan Sunnah dan aku memohon ampun kepada Allah yang tiada illah yang berhak disembah selain Dia, dan Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Begitulah keadaan para imam yang berusaha istiqamah di atas sunnah, menghadapi cacian dan celaan.

Bila kita hidup pada masa Imam Syathibi, masihkah kita menggenggam sunnah ???, atau justru luluh di tengah masyarakat yang tergelimang dalam bid’ah ???

Imam asy-Syathibi hidup pada abad ke 8 Hijriyah, bagaimana dengan kita yang hidup pada zaman ini (abad 15 Hijriyah) ???.. Padahal keburukan akan semakin bertambah seiring bertambahnya zaman, sebagaimana sabda Rasulullah :

“Sesungguhnya tidak berlalu suatu zaman atas kalian kecuali zaman setelahnya lebih buruk dari zaman sebelumnya hingga kalian menjumpai Rabb kalian.”[HR. Bukhari, no.6541]

Namun, Rasulullah telah mengabarkan pada kita berita yang menggembirakan hati, melapangkan dada-dada kaum muslimin yang berpegang teguh pada sunnah, diantara sabda Beliau shallallahu alaini wa sallaam :

“Sesungguhnya Islam berawal dengan keasingan dan akan kembali kepada keasingan sebagaimana awalnya makamaka bergembiralah bagi orang-orang yang asing.”

Rasulullah ditanya : “Siapa mereka wahai Rasulullah ?”

Jawab beliau : “Yaitu yang melakukan perbaikan ketika manusia telah rusak.”
[HR. Abu Amr Ad Dani, Silsilah Ash Shahihah no.1273]

“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari kesabaran, kesabaran di hari itu seperti menggenggam bara api, bagi yang beramal (dengan Sunnah Nabi) pada saat itu akan mendapatkan pahala lima puluh.”

Seseorang bertanya : “Limapuluh dari mereka wahai Rasulullah ?”
Rasulullah menjawab : “Pahala limapuluh dari kalian.”
(Shahih, HR Abu Dawud, At Tirmidzi lihat Silsilah Ash Shahihah no. 494)

“Beribadah di zaman fitnah sama dengan berhijrah kepadaku.” [HR.Muslim 4/2268 no.2948]

 Tentulah hal-hal tsb merupakan keutamaan yang agung bagi kita yang hidup di akhir zaman. Menjadikan kita semakin kuat untuk terus menapaki jalan sunnah walaupun terasa terjal dan berbatu-batu.

Ya Allaah, kuatkanlah kaki-kaki kami untuk senantiasa tegar di atas sunnah Nabi-Mu, dan berikanlah kami keistiqamahan sampai akhir hayat hingga kami dapat melihat wajah-Mu di surga yang paling tinggi... Aamiin.

Selasa, 03 Desember 2013

" Bersahabat Karena Alloh "


"Perumpamaan orang-orang yang beriman itu dalam saling kasih-mengasihi, saling cinta-mencintai dan saling tolong-menolong, seperti sebatang tubuh. Kalau ada salah satu anggota yang terkena penyakit, maka seluruh tubuh ikut menderita tidak dapat tidur malam.dan semua merasakan demam panas. (HR: Buchori)

Ya Allah
Ketika aku menyukai seorang tmn, tlng ingatkanlah aku bhwa di dunia ini tak akn prnah ada sesuatu yg abadi.
Sehngga ketika se2orang meninggalknku, aku akn tetap kuat & tegar kerna aku bersama Yang Tak Pernah Berakhir, iaitu cinta-Mu Ya Allah

Persahabatan sejati adalah persahabatan yang tulus kerana Allah, tanpa syarat, dan tanpa kepentingan.
Kita mencintai dan menyayangi sahabat kita hanya karena Allah, Bertemu dan berpisah karena Allah, ketiadaannya sungguh membuat hati rindu.
Perjumpaan dengannya sungguh menentramkan hati dan penuh dengan manfaat, kita merasakan aman saat bersamanya ataupun saat berpisah, karena kita sangat tahu ia akn selalu menjaga nama baik kita.
Saat menatap wajahnya selalu mengingatkan kita pada Allah, tutur katanya sungguh menyejukkan jiwa dan Akhlaknya sungguh mempesona. Tentu kita
ingin memiliki sahabat ideal seperti itu.
 
MULAILAH DENGAN DIRIMU..!!!!
Dengan merubah diri kita, tentu sahabat kita akan ikut berubah, dan Dengan demikian, InsyaAllah anda akan merasakan Manisnya Persahabatan, Manisnya Ukhuwah Anugerah dari Allah untuk untuk kita hambanya yang saling mencintai Karena Allah.

-1- Mendoakannya selalu:
Rasulullah Besabda: " Doa yang terbaik adalah Doamu untuk saudaramu sedangkan ia tidak mengetahuinya."
Dengan saling mendoakan akan menumbuhkan ketulusan persahabatan dan persaudaraan dan bisa menjauhkan kita dari Iri, Hasad dan dengki serta persahabatn kita semakin Tulus karena Allah.

-2- Bantu Meringankan Bebannya:
Rasulullah Besabda: "Barangsiapa yang meringankan beban saudaranya maka
Allah akan meringankan bebannya didunia dan Akhirat...."


-3- Menutupi Aibnya dan Menjaga Nama baiknya:
Sahabat yang baik akan berusaha menutupi kekurangan dan aib sahabatnya, karena tentu tdk ada seorang pun yang maHU aibnya diketahui semua orang.
RasulullAh bersabda : Barang siapa menutupi Aib saudaranya, maka Allah
akan menutupi aibnya didunia dan Akhirat.." SubhanallAh. Dan sahabat
yang baik, ia akan berusaha membela nama baik sahabatnya ketika orang-orang menjelek-jelekkanya sedang ia tidak ada disana. Karena Kehormatan saudaranya Adalah kehormatannya juga,ia tidak akan rela kehormatan saudaranya di injak-injak dihadapannya, ia akan membela nama baik sahabatnya namun tetap dengan akhlak yang baik juga, dan itu
dilakukannya hanya karena mencari reda Allah.

-4- Mengingatkan jika sahabat kita sedang Khilaf dan memaafkan jika Ia
melakukan kesalahan:

 Tiada orang yang sempurna, itulah kata-kata yang tepat untuk kita semua tanpa terkecuali, Sebaik apapun sahabat kita, pasti suatu saat ia akan melakukan kesalahan. sebagai sahabat kita harus mengingatkannya namun dengan cara-cara yang baik dan berdasar atas kasih sayang, bukan untuk menghakimi tapi untuk memberi pengertian kepadanya akan kekeliruan yang telah dialakukan. Tentu kita semua pernah melakukan kesalahan, Apa yang kita inginkan jika kita melakukan kesalahan..?? pasti kita ingin agar orang lain memaafkan kesalahan kita, demikian juga orang lain, mereka ingin agar kesalahannya kita maafkan.
Memang tidak mudah memaafkan kesalahan orang lain, apalagi jelas-jelas
dilakukan dengan kesengajaan, dibutuhkan kebesaran jiwa dan kelapangan dada, karena itulah Alloh sangat mencintai orang-orang yang berjiwa pemaaf.


Semoga Tips yang Ane sampaikan diatas bisa bermanfaat buat kita bersama ..Aamin 3x