Pages

Minggu, 26 Oktober 2014

Kisah lelaki yang ingin Pukul Rasululloh SAW

                                                                                 

                     Kisah ini terjadi pada Rasulullah S.A.W. sebelum beliau baginda wafat.

Rasulullah S.A.W. telah jatuh sakit yang agak panjang masanya.
Hinggakan baginda tidak dapat sholat berjamaah dengan para sahabat di masjid.
Maka pada suatu hari, Rasulullah S.A.W. meminta beberapa orang sahabat membawanya ke masjid.

Di dudukkan atas mimbar, lalu baginda meminta Bilal memanggil semua para sahabat datang ke
masjid.
Tidak lama kemudian, penuhlah masjid dengan para sahabat.
Semuanya rasa terobati rindu setelah agak lama tidak dapat melihat Rasulullah S.A.W.

Lalu Rasulullah S.A.W. mula berkata: "Wahai sahabat-sahabatku semua! Aku ingin tanya pada kamu semua.... apakah telah aku sampaikan kepada kamu semua, bahwa sesungguhnya Allah S.W.T. itu adalah Tuhan yang layak di sembah?"
Semua sahabat menjawab dengan suara bersemangat, " Benar! Engkau telah sampaikan kepada kami bahwa sesungguhnya Allah S.W.T. adalah Tuhan yang layak disembah".

Rasulullah S.A.W. berkata: "Persaksikanlah ya Allah! Sesungguhnya aku telah
sampaikan amanah ini kepada mereka".
Kemudian baginda berkata lagi..dan setiap apa yang baginda perkatakan, akan dibenarkan oleh semua para sahabat.

Akhirnya sampailah kepada satu topik yang menjadikan para sahabat agak sedih dan terharu.
Rasulullah S.A.W. berkata: "Sesungguhnya! Aku akan pergi bertemu Tuhan...dan sebelum aku pergi, aku ingin selesaikan segala urusan dengan manusia.

Maka aku ingin bertanya kepada kamu semua.. siapakah di kalangan kamu yang aku ada hutang dengannya..silahkan bangun..aku ingin selesaikan hutang tersebut.

Karena aku tidak mahu bertemu Tuhan dalam keadaan ada hutang dengan manusia".
Ketika itu semua sahabat diam..sedang dalam hati masing-masing berkata: "Mana ada Rasullullah S.A.W. berhutang dengan kami..sebenarnya kamilah yang banyak berhutang dengan baginda".

Rasulullah S.A.W. mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.
Tiba-tiba bangun seorang lelaki yang bernama Akasyah. lalu dia berkata: "Ya Rasulullah! Aku ingin ceritakan dulu perkara ini. Andai ianya dikira hutang, maka aku minta kau jelaskan. Andainya ianya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa".

Rasulullah S.A.W. berkata: "Ceritakanlah wahai Akasyah".

Maka Akasyah pun mula bercerita: "Aku masih ingat lagi ketika perang Uhud dulu, satu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cemeti ke belakang kuda. Tetapi cemeti tersebut tidak kena pada belakang kuda,yang sebenarnya cemeti itu terkena pada dadaku karena ketika itu aku berdiri di sebelah belakang kuda yang engkau tunggang wahai Rasulullah".

Mendengar yang demikian, terus Rasulullah S.A.W. berkata: "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Akasyah! kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang sama".

Dengan suara yang agak tinggi, Akasyah berkata: "Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah!".
Akasyah seakan-akan tidak merasa bersalah bila mengatakan yang demikian.
Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak memarahi Akasyah.

"Sesungguhnya engkau tidak berhati perut  kau tidak berperikemanusiaan wahai Akasyah! ..bukankah Baginda sedang sakit!"

Akasyah tidak menghiraukan semua itu.

Kemudian Rasulullah S.A.W. meminta Bilal mengambil cemeti tersebut di rumah anaknya Fatimah.
Ketika Bilal meminta cemeti tersebut dari Fatimah, maka Fatimah bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta cemeti ini wahai Bilal?"

Bilal menjawab dengan nada sedih: "cemeti ini akan digunakan oleh Akasyah untuk memukul Rasulullah".

Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata: "Kenapa Akasyah hendak pukul ayahku Rasulullah!......ayahku sedang sakit........kalau nak pukul, pukullah aku ini anaknya".

Bilal menjawab: " Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua".
Bilal membawa cemeti tersebut ke masjid lalu diberikan kepada Akasyah.
Setelah mengambil cemeti, Akasyah maju ke depan menuju mimbar.

Tiba-tiba bangun Abu bakar menghalang Akasyah sambil berkata: "Wahai Akasyah! kalau kamu hendak pukul, pukullah aku..aku orang yang mula-mula beriman dengan apa yang Rasulullah S.A.W. sampaikan. Akulah temannya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak pukul, maka pukullah aku".

Lalu dijawab oleh Rasulullah S.A.W: "Duduklah kamu wahai Abu bakar!..ini bukan urusan kamu. Ini antara aku dengan Akasyah".

Akasyah maju lagi selangkah kedepan..lalu bangun pula Umar menghalang Akasyah seraya berkata: "Akasyah! kalau engkau hendak pukul, pukullah aku.. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya, itu dulu..Sekarang jangan ada sesiapa yang berani menyakiti Muhammad. Kalau engkau ingin sakiti dia, maka sakitilah aku dulu".

Lalu dijawab oleh Rasulullah S.A.W: "Duduklah kamu wahai Umar! Ini urusan antara aku dengan Akasyah".

Akasyah maju lagi kedepan.tiba-tiba bangun pula Ali bin Abu Talib sepupu Rasulullah S.A.W.
Dia menghalang Akasyah seraya berkata: "Akasyah! pukullah aku wahai Akasyah. Darah yang sama ada pada tubuh aku ini wahai Akasyah".

Lalu dijawab oleh Rasulullah S.A.W: "Duduklah kamu wahai Ali! ini urusan antara aku dengan Akasyah" .

Akasyah makin maju lagi kedepan...tiba-tiba tanpa disangka, bangunlah dua orang cucu kesayangan Rasulullah S.A.W. yaitu Hassan dan Husin.

Mereka berdua merayu dan meronta.
"Wahai paman Akasyah pukulah kami berdua wahai paman Akasyah.Kakek kami sedang sakit pukulah kami saja sebagai gantinya.
wahai paman Akasyah sesungguhnya kami ini adalah cucu kesayangan Baginda maka pukulah saja kami wahai paman".

Lalu Rasulullah S.A.W berkata: "Wahai cucu-cucu kesayanganku! duduklah kamu. Ini urusan aku dengan Akasyah".

Bila sampai di tangga mimbar, dengan tegasnya Akasyah berkata: "Macam mana aku hendak pukul engkau ya Rasulullah! Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau hendak aku pukul engkau, maka turunlah ke bawah sini".

Rasulullah S.A.W. memang seorang insan yang baik. Baginda meminta beberapa orang sahabat memapahnya ke bawah.
Baginda didudukkan pada sebuah kerusi, lalu dengan suara tegas Akasyah berkata lagi: "Sewaktu engkau pukul aku dulu, aku tidak memakai baju, Ya Rasulullah".

Tanpa berlengah, dalam keadaan lemah.Rasulullah membuka baju.
Lalu kelihatanlah tubuh Baginda yang sungguh indah, sedang beberapa ketul batu terikat di perut Baginda..ini menandakan Baginda sedang menahan kelaparan.

Lalu Rasulullah S.A.W. berkata: "Wahai Akasyah! bersegeralah dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Nanti Tuhan akan murka pada kamu".
Akasyah terus menghampiri Rasulullah S.A.W.lalu mula untuk menghayunkan tangan yang memegang cemeti untuk dipukulkan ke tubuh Rasulullah S.A.W.

Rupa-rupanya sambil Akasyah menghayunkan cemeti, sambil itu juga dia melemparkan cemeti ke arah tempat lain..dan sambil itu juga dia terus memeluk tubuh Rasulullah S.A.W. seerat-eratnya.

Sambil berteriak menangis, Akasyah berkata: "Ya Rasulullah, ampunkanlah aku..maafkanlah aku..mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah..sengaja aku melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu..karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka. Dan sesungguhnya aku takut dengan api neraka..maafkanlah aku ya Rasulullah".

Rasulullah S.A.W. dalam keadaan penuh hiba lalu berkata: "Wahai sahabat-sahabatku semua, kalau kamu ingin melihat ahli syurga, maka lihatlah kepada Akasyah".
Semua sahabat tidak dapat menghalang titisan air mata yang mencurah di pipi masing-masing karena merasa Terharu dengan tindakan Akasyah.

Sambil itu semua para sahabat beramai-ramai memeluk Rasulullah S.A.W serta memeluk Akasyah.

Jumat, 10 Oktober 2014

Tiada balasan " HAJJI MABRUR " kecuali SYURGA.

                                                                              


Belum lama ini kita berjumpa dengan bulan Dzulhijjah dimana Allah telah memerintahkan seluruh umat Islam yang mampu untuk melakukan Ibadah haji. Ibadah yang termasuk rukun Islam ke-5 ini adalah salah satu dari kewajiban agung yang Allah berikan untuk membersihkan dan mensucikan jiwa umat Islam yang menjalankannya. Haji juga termasuk dalam amalan yang utama. Dalam hal ini Rasulullah bersabda, “Rasulullah pernah ditanya: ‘Amalan apakah yang paling utama?’ Maka beliau menjawab: ‘Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.’ Ditanyakan kembali kepada beliau: ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab: ‘Berjihad di jalan Allah.’ Lalu ditanyakan kembali kepada beliau: ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab: " HAJJI yang MABRUR.”
Orang Islam jika telah mampu dalam hal tertentu wajib melaksanakan ibadah haji. Adapun kemampuan tersebut mencakup kemampuan untuk berangkat ke tanah suci dan meninggalkan nafkah untuk keluarga yang ditinggalkan selama haji. Allah menjanjikan beberapa keutamaan bagi orang yang menunaikan ibadah haji, diantaranya:
1.      Diampuni dosanya seperti masih baru lahir
Dari riwayat Abu Hurairah, Ia berkata "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang menunaikan haji dan tidak berkata-kata kotor dan fasik, maka dia pulang (dari menunaikan haji dalam keadaan terampuni dosanya) bagaikan orang yang baru dilahirkan ibunya." (HR. Bukhari dan Muslim)
2.      Haji yang mabrur diganjar surga
Selain diampuni dosanya, Allah juga menjanjikan surga bagi orang yang menjalankan haji. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Ibadah umrah ke umrah berikutnya menjadi penghapus (dosa) diantara keduanya, dan haji mabrur tidak balasannya melainkan surge”. (HR. Muslim)
3.      Orang yang berhaji sama seperti orang yang berjihad
Besarnya pahala jihad ternyata bisa kita dapatkan dengan melakukan ibadah haji. Dalam hal ini Rasulullah bersabda, ”Jihadnya orang tua, orang lemah dan wanita adalah haji dan umrah”. (HR. An Nasa’i)
4.      Allah memuliakan orang yang berhaji
Orang yang berhaji dianggap sebagai tamu oleh Allah. Itu berarti bahwa Allah memuliakan siapa saja yang melakukan ibadah tahunan ini. Rasulullah bersabda “Tamu Allah ada tiga: orang melaksanakan haji, umrah dan orang yang berperang (dijalan-Nya). Apabila mereka berdoa kepada-Nya maka Dia kabulkan dan apabila mereka memohon ampun kepada-Nya maka Dia ampuni mereka”. (HR. Ibnu Hibban)
Betapa besarnya ganjaran Allah untuk orang-orang yang melakukan haji. Hal ini menandakan bahwa haji memang amalan utama yang sangat membantu kita menggapai ridho Allah. Ketika kita sudah siap dan mampu secara finansial dan juga fisik, hendaklah ibadah ini dilakukan agar ganjaran itu bisa kita peroleh.
Bersyukur dan Berbahagialah bagi Orang-orang yang sudah diberi kesempatan buat melaksanakan ibadah Haji karena sesungguhnya ibadah haji merupakan Panggilan langsung dari Alloh SWA.

Kamis, 09 Oktober 2014

Kisah sahabat Umar Bin Khattab

                                                                         

Kisah masuk Islam-nya Umar Bin Khattab RA

Umar bin Khattab ra terkenal sebagai orang yang berwatak keras dan bertubuh tegap. Sering kali pada awalnya (sebelum masuk Islam) kaum muslimin mendapatkan perlakukan kasar darinya. Sebenarnya di dalam hati Umar sering berkecamuk perasaan-perasaan yang berlawanan, antara pengagungannya terhadap ajaran nenek moyang, kesenangan terhadap hiburan dan mabuk-mabukan dengan kekagumannya terhadap ketabahan kaum muslimin serta bisikan hatinya bahwa boleh jadi apa yang dibawa oleh Islam itu lebih mulia dan lebih baik.

Sampailah kemudian suatu hari, beliau berjalan dengan pedang terhunus untuk segera menghabisi Rasulullah SAW. Namun di tengah jalan, beliau dihadang oleh Abdullah an-Nahham al-‘Adawi seraya bertanya:
“Hendak kemana engkau ya Umar ?”,
“Aku hendak membunuh Muhammad”, jawabnya.
“Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh Muhammad ?”,

“Jangan-jangan engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asal-mu?”. Tanya Umar.
“Maukah engkau ku tunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu wahai Umar, sesungguhnya saudara perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah meninggalkan agamamu”, kata Abdullah.


Setelah mendengar hal tersebut, Umar langsung menuju ke rumah adiknya. Saat itu di dalam rumah tersebut terdapat Khabbab bin Art yang sedang mengajarkan al-Quran kepada keduanya (Fatimah, saudara perempuan Umar dan suaminya). Namun ketika Khabbab merasakan kedatangan Umar, dia segera bersembunyi di balik rumah. Sementara Fatimah, segera menutupi lembaran al-Quran.

Sebelum masuk rumah, rupanya Umar telah mendengar bacaan Khabbab, lalu dia bertanya :
“Suara apakah yang tadi saya dengar dari kalian?”,
“Tidak ada suara apa-apa kecuali obrolan kami berdua saja”, jawab mereka
“Pasti kalian telah murtad”, kata Umar dengan geram
“Wahai Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu ?”, jawab ipar Umar.

Mendengar jawaban tersebut, Umar langsung menendangnya dengan keras hingga jatuh dan berdarah. Fatimah segera memba-ngunkan suaminya yang berlumuran darah, namun Fatimah pun ditampar dengan keras hingga wajahnya berdarah, maka berkata-lah Fatimah kepada Umar dengan penuh amarah:

“Wahai Umar, jika kebenaran bukan terdapat pada agamamu, maka aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah”

Melihat keadaan saudara perempuannya dalam keadaan ber-darah, timbul penyesalan dan rasa malu di hati Umar. Lalu dia meminta lembaran al-Quran tersebut. Namun Fatimah menolaknya seraya mengatakan bahwa Umar najis, dan al-Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah bersuci. Fatimah memerintahkan Umar untuk mandi jika ingin menyentuh mushaf tersebut dan Umar pun menurutinya.
Setelah mandi, Umar membaca lembaran tersebut, lalu membaca : 

Bismillahirrahmanirrahim. Kemudian dia berkomentar: “Ini adalah nama-nama yang indah nan suci”
Kemudian beliau terus membaca : Surat Thaha.
طه
Hingga ayat :

إنني أنا الله لا إله إلا أنا فاعبدني وأقم الصلاة لذكري
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”
(QS. Thaha : 14)
Beliau berkata :

“Betapa indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad”.
Mendengar ucapan tersebut, Khabab bin Art keluar dari balik rumah, seraya berkata: “Bergembiralah wahai Umar, saya berharap bahwa doa Rasulullah SAW pada malam Kamis lalu adalah untukmu, beliau SAW berdoa :

“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai; Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam”. Rasulullah SAW sekarang berada di sebuah rumah di kaki bukit Shafa”.
Umar bergegas menuju rumah tersebut seraya membawa pedangnya. Tiba di sana dia mengetuk pintu. Seseorang yang ber-ada di dalamnya, berupaya mengintipnya lewat celah pintu, dilihatnya Umar bin Khattab datang dengan garang bersama pedangnya. Segera dia beritahu Rasulullah SAW, dan merekapun berkumpul. Hamzah bertanya:
“Ada apa ?”.
“Umar” Jawab mereka.
“Umar ?!, bukakan pintu untuknya, jika dia datang membawa kebaikan, kita sambut. Tapi jika dia datang membawa keburukan, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri”.

Rasulullah SAW memberi isyarat agar Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah segera menemui Umar, dan membawanya menemui Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW memegang baju dan gagang pedangnya, lalu ditariknya dengan keras, seraya berkata :

“Engkau wahai Umar, akankah engkau terus begini hingga kehinaan dan adzab Allah diturunakan kepadamu sebagaimana yang dialami oleh Walid bin Mughirah ?, Ya Allah inilah Umar bin Khattab, Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khattab”.
Maka berkatalah Umar :
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah Rasulullah .
Kesaksian Umar tersebut disambut gema takbir oleh orang-orang yang berada di dalam rumah saat itu, hingga suaranya terdengar ke Masjidil-Haram.

Masuk Islamnya Umar menimbulkan kegemparan di kalangan orang-orang musyrik, sebaliknya disambut suka cita oleh kaum muslimin