Pages

Sabtu, 08 November 2014

Kisah " ASHABUL KAHFI "

KISAH 7 PEMUDA TIDUR DALAM GUA SELAMA 309 TAHUN


Kahf Ahlil Kahf terletak kira-kira 7km dari pusat Kota Amman, Jordan. Kawasan ini suatu ketika dulu dikenali dengan Ar-Raqim karena terdapat kesan tapak arkeologi yang bernama Khirbet Ar-Raqim di kawasan tersebut. Perkataan Ar-Raqim juga disebut di dalam Al-Quran dan Ahli Tafsir menafsirkan Ar-Raqim sebagai nama anjing dan ada yang menyatakan ia sebagai batu bersurat. Kahf Ahlil Kahf merupakan lokasi sejarah yang membuktikan kebenaran kisah di dalam Al-Quran yaitu di dalam Surah Kahfi mulai ayat 9 hingga 26. Ayat di dalam Surah tersebut menceritakan bagaimana 7 orang pemuda yang beriman kepada Allah melarikan diri ke sebuah gua dan Allah menidurkan mereka selama 309 tahun Qamariah (300 tahun Shamsiah) sehingga mereka tidak dapat dibangunkan oleh suara apa sekalipun.
Firman Allah; “Adakah engkau menyangka (wahai Muhammad), bahwa kisah ‘ashabul kahfi’ (penghuni gua) dan ‘ar-raqiim’ (anjing mereka) termasuk antara tanda-tanda-tanda kekuasaan Kami yang menakjubkan? (Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”. (al-Kahfi: 9)

Ashabul kahfi (penghuni-penghuni gua) yang dimaksudkan dalam ayat di atas, menurut para ulama’- terdiri dari tujuh orang pemuda Yaitu;

Maksalmina
Tamlikha
Martunus
Bainunus atau Nainunus
Sarbunus
Dzunuanus
Kasyfitatanunus

Bersama mereka seekor anjing bernama Qitmir mengekori mereka. Pemuda-pemuda ini beriman kepada Allah di tengah kekufuran kaum dan bangsa mereka. Identitas mereka sebagai pemuda yang beriman diakui oleh Allah dengan firmanNya;

Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk”. (al-Kahfi: 13)

Menurut ahli sejarah, kisah ini berlaku pada zaman sebelum kedatangan Islam di satu negeri bernama Afsus yang terletak di Turki (ada pendapat menyatakan di Jordan, dan ada juga mengatakan di Syria). Asalnya penduduk negeri itu beriman kepada Allah dan beribadat meng-EsakanNya. 

Namun keadaan berubah selepas kedatangan seorang raja bernama Diqyanus. Raja ini menganut fahaman kufur/berhala dan dia memaksa rakyat di bawah pemerintahannya supaya murtad dari agama Allah yang dibawa Nabi Isa a.s. dan bertukar kepada agama kufur/berhala yang dianutinya. Rakyat yang takut dengan ancaman dan siksaan raja itu terpaksa akur dengan arahan yang zalim itu.

Namun tujuh pemuda beriman tadi tidak mahu tunduk dengan tekanan raja kafir itu. Mereka tetap teguh mempertahankan aqidah mereka walaupun menyadari nyawa dan diri mereka mungkin terancam dengan berbuat demikian. Akhirnya mereka dipanggil menghadap raja itu. 

Di hadapan raja yang dzalim itu, mereka dengan penuh berani dan bersemangat berhujjah mempertahankan iman dan prinsip aqidah Ilahi yang mereka yakini. Allah berfirman menceritakan peristiwa mereka berhujjah;

“Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri (di hadapan raja) lalu mereka berkata (membentangkan hujjah kepada raja): ”Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran. Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk di sembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?”. (al-Kahfi: 14-15)

Walaupun tidak mampu menjawab hujjah-hujjah yang mantap dari pemuda-pemuda beriman ini, raja yang kufur dan zalim itu tetap berkeras mahu mereka murtad dari agama mereka. Ia memberikan tempoh beberapa hari kepada mereka. Jika selepas tempoh itu pemuda-pemuda ini tetap berkeras, maka mereka akan dimurtadkan secara paksa atau akan dibunuh. Karena sayangkan aqidah dan agama mereka, pemuda-pemuda ini bermusyawarah sesama mereka untuk mencari keputusan yang mufakat. Apakah tindakan yang sepatutnya diambil untuk mempertahankan diri dan juga agama mereka? Akhirnya mereka memutuskan untuk lari bersembunyi dan berlindung di dalam gua di kawasan pedalaman/kampung.

Firman Allah; “Dan oleh karena kamu telah mengasingkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, maka pergilah kamu berlindung di gua itu, supaya Tuhan kamu melimpahkan dari rahmat-Nya kepada kamu dan menyediakan kemudahan-kemudahan untuk membantu urusan kamu dengan memberi bantuan yang berguna”. (al-Kahfi: 16)

Mereka lari ke pedalaman di kawasan pegunungan bernama Nikhayus. Di situ terdapat sebuah gua dan di situlah mereka bersembunyi dan berlindung. Kebetulan semasa perjalanan mereka ke situ mereka telah diekori oleh seekor anjing bernama ar-raqiim. Maka anjing itu turut bersama-sama dengan mereka berlindung dan menetap di gua itu. Di dalam gua itu mereka diberi ketenangan dan ketenteraman oleh Allah.Allah telah menidurkan mereka dengan nyenyak dalam gua tersebut. 

Firman Allah menceritakan tentang mereka di dalam gua;
Lalu Kami tidurkan mereka dengan nyenyaknya di dalam gua itu bertahun-tahun lamanya”. (al-Kahfi: 11).

Allah ingin memperlihatkan bukti-bukti kekuasaanNya kepada hamba-hambaNya melalui peristiwa ini. Maka Allah telah mentakdirkan pemuda-pemuda ini tidur dalam jangka masa yang amat lama yaitu selama 300 tahun (mengikut perkiraan tahun Masehi) atau 309 tahun (mengikut tahun Hijrah).

Dan mereka telah tinggal tidur dalam gua mereka selama tiga ratus tahun (dengan kiraan ahli Kitab), dan hendaklah kamu tambah sembilan tahun lagi (dengan kiraan kamu) (yakni menjadi 309 tahun)”. (al-Kahfi: 25)

Walaupun mereka tidur amat lama dan tanpa makan dan minum, tetapi dengan kuasa Allah, badan dan jasad mereka tidak hancur dan musnah. Bahkan Allah menyatakan bahwa; jika kita lihat keadaan mereka di dalam gua itu niscaya kita tidak akan percaya bahwa mereka sedang tidur.

Dan engkau sangka mereka sadar padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka dalam tidurnya ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri (supaya badan mereka tidak dimakan tanah), sedang anjing mereka menjulurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka”. (al-Kahfi: 18)

Setelah sampai tempoh yang ditetapkan Allah (Yakni 300 tahun atau 309 tahun), mereka dibangunkan. Ketika mereka bangun mereka sendiri tidak menyadari bahwa mereka tidur dalam jangka Waktu yang amat lama. Mereka menyangka mereka hanya tidur dalam masa sehari atau separuh hari saja.“Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?)”. Mereka menjawab: “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari….”. (al-Kahfi: 19)

Sebaik bangun dari tidur mereka, mereka terasa lapar. Maka sebagian dari mereka mencadangkan agar dihantar seorang wakil untuk ke Kota/Pasar bagi mencari sesuatu untuk beli makanan. Akhirnya mereka memilih Tamlikha untuk ke kota Afsus. Kebetulan sewaktu mereka melarikan diri dulu mereka membawa bersama bekalan uang perak.
Firman Allah menceritakan cadangan sebagian dari mereka itu;

Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perak kamu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang paling baik (yakni yang bersih dan halal), maka hendaklah dia membawa makanan itu untuk kamu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan hal kamu kepada seorangpun. Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya”. (al-Kahfi: 19-20)

Lihatlah betapa bersihnya hati dan akhlak mereka. Walaupun dalam keadaan yang gawat dan susah serta kelaparan, tetapi mereka masih berpesan kepada sahabat mereka yang ditugaskan ke kota mencari makanan itu supaya mencari dan memilih makanan yang bersih dan halal. Ini menandakan bahwa mereka adalah pemuda-pemuda yang bertakwa kepada Allah. Di dalam al-Quran, Allah memerintahkan kita supaya bertakwa kepadaNya sekuat tenaga yang kita mampu, dalam keadaan apa sekalipun, sama ada senang atau susah.

Allah SWT Berfirman; “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta`atlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu”. (at-Taghabun: 16)
Walaupun Allah menceritakan dalam ayat tadi bahwa pemuda-pemuda amat berhati-hati dan berjaga-jaga agar jangan diketahui orang lain–karena mereka menyangka raja yang memerintah negeri masih raja yang dulu dan kafir kepada Allah, namun Allah telah mentakdirkan supaya berita tentang mereka diketahui oleh hamba-hambaNya yang lain bagi menunjukan kekuasaan dan kehebatanNya. Kebetulan semasa pemuda-pemuda ashabul kahfi ini dibangkitkan Allah setelah tidur 300 tahun lamanya, suasana dalam negri telah banyak berubah. Raja dan pemerintah negeri merupakan orang yang beriman kepada Allah. Begitu juga dengan kebanyakan rakyatnya.Namun masih terdapat segelintir rakyat dalam negeri itu yang masih ragu-ragu tentang kebenaran kiamat; mereka masih ragu-ragu; bagaimana Allah boleh menghidupkan orang yang telah mati? Apatah lagi yang telah beribu bahkan berjuta tahun lamanya dimakan tanah. Maka sudah tepat waktunya Allah membangkitkan ashabul kahfi pada zaman tersebut dan menunjukkan kekuasaanNya kepada hamba-hambaNya yang masih ragu-ragu lagi.

Dan demikianlah Kami tunjukkan hal mereka kepada orang ramai supaya mereka mengetahui bahwa janji Allah menghidupkan orang mati adalah benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya”. (al-Kahfi: 21)

Allah mendedahkan perihal pemuda-pemuda ashabul kahfi itu semasa wakil mereka itu datang ke kota hendak membeli makanan. Ia merasa heran melihat keadaan kota dan penduduknya berubah sama sekali. Penduduk kota pula merasa heran melihat keadaan wakil itu dari segi pakaian serta penampilanya dan mereka semakin syak apabila mereka melihat uang perak yang dibawanya ialah uang zaman dahulu yang sudah tidak laku lagi. Ia dituduh menjumpai harta karun lalu dia ditangkap dan dibawa menghadap raja yang beriman dan mengambil berat hal agama. Setelah mendengar kisahnya, raja dan orang-orangnya berangkat ke gua ashabul kahfi bersama wakil itu, lalu berjumpa dengan pemuda-pemuda itu semuanya dan mendengar kisah mereka. 

Sejurus kemudian pemuda-pemuda itu pun dimatikan Allah sesudah memberi ucapan selamat tinggal kepada raja yang beriman itu dan orang-orangnya. Raja mencadangkan supaya sebuah masjid didirikan di sisi gua itu. Sementara itu ada yang mencadangkan supaya mendirikan sebuah bangunan atau tugu sebagai kenangan. 

Hal ini diceritakan Allah dengan firmanNya;
Setelah itu maka (sebagian dari mereka) berkata: “Dirikanlah sebuah bangunan di sisi (gua) mereka, Allah jualah yang mengetahui akan hal sejarah mereka”. Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka (yakni pihak raja) pula berkata: “Sesungguhnya kami hendak membina sebuah masjid di sisi gua mereka”. (al-Kahfi: 21)..

Nilai positif yang perlu kita ambil ikhtibar Adalah Biarpun kita masih MUDA jangan melalaikan perintah Alloh SWA..Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar