Pages

Jumat, 05 Juni 2015

Hukumnya Tertelan Air Mani Suami

                                                                      
Pertanyaan Pak Ustadz :- apakah hukum ‘ORAL SEX' ? atau dalam kata lainnya seks menggunakan mulut yaitu dengan menghisap atau menjilat kemaluan istri atau mengulum kemaluan suami. Bagaimana pula jika ia dilakukan oleh pasangan kekasih yang belum berkawin, adakah ia termasuk ZINA ? Jika tertelan air mani suami pula ustadz, bagaimana hukumnya?..Terima kasih atas jawapanya Pak ustadz.- ( 3 anak-surabaya)
Jawapan :- buat (3 anak-surabaya)
Berkenaan isu ORAL SEX, ulama terbagi kepada dua kumpulan :-
Yang mengharuskan :
Dr Syeikh Yusof Al-Qaradawi (rujuk www.islamonline.net)  berfatwa harus untuk mencium kemaluan istri atau suami dengan syarat tidak menghisap atau menelan apa jua cairan yang keluar darinya. Menelan atau menghisap sebegini adalah MAKRUH disisi Islam karena ia salah satu bentuk perlakuan zalim (meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya) dan melampaui batas dalam hubungan seksual.
Apa yang pasti diharamkan menurut beliau adalah ‘SEX ANAL' atau seks melalui lubang dubur/lubang pantat, karena terdapat nas yang jelas mengharamkannya, adapun ‘ORAL SEX' tiada sebarang nas jelas dari Al-Quran dan hadis yang melarangnya.
Pandangan ‘harus' atau boleh dilakukan ini disetujui oleh Mufti Mesir, Syeikh Dr Ali Al-Jumaah dan juga Dr. Sabri `Abdul Ra'ouf (Prof Fiqh di Univ Al-Azhar) apabila mereka menegaskan, tindakan ini harus selagi mana ianya benar-benar dirasakan perlu bagi menghadirkan kepuasan kepada pasangan suami dan istri, terutamanya jika ia dapat menghindarkan pasangan ini dari ketidakpuasan yang boleh membawa mereka ke lembah perzinahan kelak dikemudian hari.

Perbincangan ringkas
Namun begitu, saya kira kesemua mereka yang mengharuskan termasuk Syeikh Yusof Al-Qaradawi tidak pula menguraikan satu isu yang mungkin bisa diterangkan lebih jelas pembahasannya, yaitu bab kenajisan AIR MAZI dan AIR MANI.
Justru, saya mengira fatwa beliau mungkin bisa digunakan jika dalam keadaan tiada sebarang cairan dikeluarkan semasa aktivitas ORAL SEX ini dilakukan. Namun keadaan ini dikira sukar berlaku karena bagi seseorang yang normal, nafsu yang meningkat pastinya akan mengeluarkan cairan pelincin yaitu air mazi.
Air mani lelaki dan wanita dianggap najis menurut mazhab Hanafi dan Maliki. Mazhab Syafie dan Hambali pula mengganggapnya suci.
Namun semua ulama bersetuju air mazi adalah najis. Hasilnya, mayoritas pandangan ulama yang menyatakan menelan dan menghisap termasuk cairan mazi ini adalah haram atau makruh berat. Beberapa ulama kontemporari menegaskan perlu membasuh dengan segera jika terkena air mazi tadi.
Mazi ibarat najis lain yang dianggap kotor dalam Islam, justru haram memakan kotoran, meminum air kencing dan termasuk juga air mazi ini. Bukan sekadar haram memakan najis malah ulama empat mazhab juga memfatwakan haram menjual najis (terkecuali ketika wujudnya teknologi untuk menggunakannya sebagai pupuk/kompos), apatah lagi untuk menjilat, menghisap dan menelannya. Sudah tentulah ia lebih lagi diharamkan.
Ulama Yang Mengharamkan
Kebanyakan ulama Saudi mengharamkan perbuatan ini, ini dapat dilihat dari fatwa-fatwa berikut [1] :-
Mufti Saudi Arabia bahagian Selatan, Asy-Syaikh Al`Allamah Ahmad bin Yahya An-Najmi menjawab sebagai berikut,
"Adapun hisapan istri terhadap kemaluan suaminya (ORAL SEX), maka ini adalah haram, tidak dibolehkan. Ini Karena ia (kemaluan suami) dapat memancarkan mani, mazi dan lain-lain. Kalau memancar, maka akan keluar darinya air mazi yang ia najis menurut kesepakatan (ulama'). Apabila (air mazi itu) masuk ke dalam mulutnya lalu ke perutnya maka boleh jadi akan menyebabkan penyakit baginya.
Melalui pandangan ini, kita dapat melihat satu point yang penting, yaitu sejauh mana tindakan ini boleh memberikan kesan buruk kepada kesehatan pasangan. Menurut pengetahuan Ane, ulama yang membolehkan perilaku ini juga bersetuju untuk menganggapnya haram jika dapat dipastikan dan dibuktikan dari sudut saintifik, ia boleh membawa bakteri dan menyebabkan penyakit yang serius.
Selain itu, seorang lagi ilmuan Islam iaitu Syeikh Nasiruddin Albani berkata :-
"Ini adalah perbuatan sebagian binatang, seperti anjing. Dan kita mempunyai dasar umum bahwa di dalam banyak hadits, Ar-Rasul melarang untuk tasyabbuh (menyerupai) haiwan-haiwan, seperti larangan beliau turun (sujud) seperti turunnya unta, dan menoleh seperti tolehan serigala dan mematuk seperti patukan burung gagak. Dan telah dimaklumi pula bahwa Nabi Shallallahu `alahi wa sallam telah melarang untuk tasyabbuh (menyerupai) dengan orang kafir, maka diambil juga daripada makna larangan tersebut pelarangan tasyabbuh dengan haiwan-haiwan-sebagai penguat yang telah lalu, apalagi haiwan yang telah diketahui keburukan tabiatnya. Maka sewajarnya seorang muslim - dan keadaannya seperti ini - merasa tinggi untuk menyerupai haiwan-haiwan"
Namun, pendapat pribadi Ane mendapati pandangan dan dalil yang dipakai oleh Syeikh Albani ini adalah tidak begitu kukuh, namun saya tidak berhasrat untuk membincangkannya dengan panjang lebar di ruang ini.
Tindakan mensama ratakan' semua jenis persamaan (tasyyabbuh) sebagai haram secara total juga boleh didebatkan kesohihannya. Demikian juga menyamakannya dengan perilaku binatang, benarkah binatang melakukan ‘ORAL SEX'?, jika sekadar menjilat mungkin ya, namun menghisap kemaluan si jantan?  Adakah binatang yang melakukannya?. Saya tidak pasti. Bagaimana pula binatang ada juga yang mencium dan memeluk pasangannya. Adakah mencium dan memeluk juga diharamkan karena menyerupai binatang.?  Sudah tentu tidak.

KESIMPULAN
Melalui perbincangan dan keterangan ringkas di atas, jelas kepada kita perbedaan dua kumpulan ulama ini. Dari hasil penelitian terhadap pendapat mereka bolehlah saya rumuskan bahwa :-
1) Sebaiknya dijauhi aktivitas ini dan membatasi kepada perilaku seks yang lebih sehat bersama pasangan. Ini bagi menjauhi perkara khilaf atau keseronokan.
2) Harus bagi suami isteri untuk mencumbu kemaluan pasangan mereka dengan syarat tidak menghisap, menjilat dan menelan apa jua cairan. Ia juga dituntut untuk membersihkan mulut dan kemaluan mereka sebelum melakukan aktivitas ini sebaik mungkin bagai memininimalkan kemungkinan penyakit. Namun ia makruh yang cenderung kepada haram (makruh tahrimi) jika perbuatan ini sengaja untuk meniru-meniru perbuatan aksi seks terlalu gairah golongan bukan Islam dan juga binatang.
3) Haram hukumnya menelan mazi dan mani pasangan karena Islam mengharamkan umatnya dari melakukan perkara kotor sebegini, sama juga seperti diharamkan menjual najis (kecuali untuk pupuk yang akan diproses melalui dengan bahagian kimia)
4) Hukumnya menjadi harus berdasarkan keringanan khusus yang diberi oleh Islam atau disebut ‘Rukhshah' kepada pasangan yang amat perlukannya bagi mengelakkan ketidakpuasan dan membawa masalah besar rumah tangga atau lebih dahsyat lagi, zina secara rambang diluar rumah.
5) Hukum melakukannya bersama pasangan kekasih atau mana-mana pasangan sebelum nikah yang sah adalah HARAM, dosa besar . Namun ia tidak dianggap berzina dalam erti kata dan takrif zina yang disebut di dalam kitab-kitab Fiqh Islam. Ia hanya dianggap sebagai muqaddimah zina atau perdahuluan zina. Dalam kaedah fiqh Islam, "Apa-apa yang membawa kepada haram, hukumnya adalah haram jua"
Sebagai akhiran, selain dari membincangkan soal hukum, kita mesti jelas bahwa hukum Islam senantiasa ingin melahirkan keutuhan rumah tangga dan masyarakat. Kita mesti sadar dan berfikir sama ada tindakan ORAL SEX ini benar-benar membawa sesuatu yang berharga buat keharmonisan rumahtangga kita, dan apa pula kesannya kepada nafsu diri. Adakah ia semakin mampu dikawal atau semakin buas sebenarnya.
Kita bimbang, tindakan ini boleh membawa kepada keinginan nafsu yang semakin membara dan tidak terkawal sehingga membahayakan diri dan masyarakat di sekeliling kita disebabkan nafsu buas dan luar biasa yang senantiasa ingin selalu dilayan ini. Layanilah nafsu secara Normal agar tidak tersandra oleh nafsu belaka. Fikirlah dengan Bijak sebelum melakukan perkara yang bisa membahayakan diri dan pasangan Anda.
Sekian ..mudah-mudahan penjelasan ini bermanfaat buat kita semua ..Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar