Pages

Kamis, 08 Mei 2014

Wanita ini pertahankan kegadisnya sepanjang zaman..

                                                                           

Mahabah wanita sufi (Wanita yang seumur hidupnya hanya Untuk Alloh SWA)

WACANA mahabbatullah dalam dunia tasawuf dipopularkan oleh seorang wanita suci yang menjadi kekasih Allah (Waliyyullah), Rabiah al-Adawiyyah atau Rabiatul Adawiyyah. Tampilnya Rabiah dalam sejarah tasawuf Islam, memberikan cinta tersendiri dalam menyetarakan gender pada dataran kerohanian Islam.
Bahkan, dengan kemampuannya dalam menempuh perjuangan ‘melawan diri sendiri’ dan seterusnya tenggelam dalam ‘telaga cinta Ilahi’, dinilai oleh kalangan sufi telah melampau 100 darjat orang-orang soleh daripada kalangan lelaki.

Rabiah al-Adawiyyah termasyhur kerana pengalaman spiritualnya, iaitu mahabah atau penyerahan diri secara total kepada Allah SWT. Pengalaman ini diperolehnya bukan melalui guru, melainkan melalui pengalamannya sendiri.

Jika sebelumnya Hasan al-Basri, ahli hadis dan fekah, telah merintis kehidupan zuhud berdasarkan rasa takut dan harapan, makan Rabiah melengkapinya dengan cinta kepada Tuhan. Cintanya kepada Allah SWT telah memenuhi seluruh jiwa raganya; tidak menyisakan tempat di hatinya untuk mencintai sesuatu selain-Nya.
Baginya, dorongan mahabah berasal daripada dirinya sendiri dan juga karena hak Allah SWT untuk dipuja dan dicintai. Puncak pertemuan mahabah antara hamba dan cinta kasih Allah SWT yang menjadi akhir keinginan Rabiah.

Penghibur
Rabiah yang berparas cantik, memiliki suara merdu dan pandai menari ini ditugaskan oleh tuannya sebagai penghibur. Setelah belasan tahun menjadi penghibur, suatu hari ketika bernyanyi, Rabiah merasakan kedekatannya dengan Allah SWT yang seolah-olah memanggilnya.
Sejak itu, ia menolak semua perintah tuannya untuk bernyanyi dan menari sehingga tuannya marah, bahkan menyeksanya. Namun, Rabiah tetap berdoa kepada Allah SWT. Rabiah pun dijual kepada seorang sufi yang kemudian mengajaknya menikah. Rabiah menolaknya kerana kecintaannya yang tinggi kepada Allah SWT. Setelah dibebaskan, Rabiah memutuskan untuk hidup menyendiri.
Cinta Rabiah kepada Allah SWT merupakan cinta suci, murni, dan sempurna seperti disenandungkan dalam syair ini:

"Aku mencintaimu dengan dua cinta; cinta karena diriku dan cinta karena diri-Mu. Cinta kerana diriku adalah keadaanku yang sentiasa mengingat-Mu yang mengungkapkan tabir, sehingga Engkau kulihat. Baik untuk ini, mahupun untuk itu, pujianku bukanlah bagiku; bagi-Mulah pujian untuk semuanya. Buah hatiku, hanya Engkaulah yang kukasihi, berilah keampunan pembuat dosa yang datang ke hadrat-Mu. Engkaulah harapanku, kebahagiaanku, dan kesenanganku, hatiku enggan mencintai selain Engkau".

Rabiah mencurahkan seluruh hidupnya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT Karena itu, ia memilih hidup zuhud agar bebas daripada segala rintangan dalam perjalanan menuju Tuhan. Dalam pandangannya, kenikmatan duniawi adalah hambatan menuju Tuhan. Dia pernah memanjatkan doa: "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu daripada segala perkara yang menyibukkanku sehingga aku tidak sempat menyembah-Mu dan daripada segala rintangan yang merenggangkan hubunganku dengan-Mu."

Gadis abadi
Perkawinan baginya adalah rintangan. Dia menerima banyak lamaran untuk bernikah, tetapi menolak semua lamaran itu. Mengenai cinta kepada Nabi Muhammad SAW pula, Rabiah berkata: "Aku cinta kepada Nabi SAW, tetapi cintaku kepada sang Kholik (Maha Pencipta) memalingkan perhatianku daripada cinta kepada makhluk (segala ciptaan)."
Rabiah sang pencinta agung itu, mencintai Tuhan buka karena naluri kewanitaannya (nafsu). Dia mencintai Tuhan dengan sepenuh jiwanya, ia mencintai zat-Nya, sifat-sifat-Nya. Ia bertafakur, berzikir, juga suntuk memaknai segala sesuatu tentang Kekuasaan dan Kebesaran-Nya, sehingga tidak ada ruang sedikit pun dalam dirinya untuk berfikir selain Dia.

Dia merelakan dirinya menjadi ‘gadis abadi’. Dia tidak ingin bernikah bukan lantaran tidak ada yang meminangnya, dia memilih ‘kegadisan abadi’ karena tidak tertarik dengan kenikmatan hidup duniawi.
Ketika Rabiah ditanya: "Kenapa engkau tidak bernikah, wahai Rabi’ah?" Dia menjawab: "Tidak ada tempat di hatiku kecuali untuk Kekasih Sejati."

Rabiah menyembah Tuhan dengan penuh cinta dan kerinduan, yang sulit untuk dijabarkan melalui pena, diungkapkan melalui Kata-kata dan dilukiskan melalui pemahaman..Karena CINTAnya Pada sang Kholik Adalah Melebihi segala-galanya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar