Pages

Rabu, 06 Februari 2013

"PRAMUGARI"



         Kisah Benar :Taubat Nasuha dari seorang "PRAMUGARI"
Ini kisah nyata yang diceritakan oleh sahabat baik Ane, yang bernama Mazlan bin Nasron begini Al-Kisahnya : 

Selama hampir sembilan tahun menetap di Mekah dan membantu ayah saya menguruskan jemaah haji dan umrah, saya telah melalui pelbagai pengalaman menarik dan aneh. Bagaimanapun, dalam banyak-banyak peristiwa itu, ada satu kejadian yang pasti tidak akan saya lupakan sampai kapanpun.
Ianya berlaku kepada seorang wanita yang berusia di pertengahan 30-an.Kejadian itu berlaku pada pertengahan thn1999-an semasa saya menguruskan satu rombongan haji. Ketika itu umur saya 20 tahun dan masih kuliah di Universitas Al-Azhar, Kaherah. Kebetulan ketika itu saya pulang ke Mekah sebentar untuk menghabiskan cuti semester.
Saya menetap di Mekah mulai thn 2000 selepas menyelesaikan pengajian di Sekolah Agama Gunung Semanggol, Perak. Keluarga saya memang semuanya di Mekah, cuma saya sendiri saja tinggal dengan nenek saya di Perak. Walaupun masih muda, saya ditugaskan oleh bapa saya, Haji Nasron untuk menguruskan jemaah haji dan umrah memandangkan saya adalah anak sulung dalam keluarga.


Berbalik kepada cerita tadi, ketibaan wanita tersebut dan rombongan haji di Lapangan Terbang Jeddah kami sambut dengan sebuah bus. Semuanya nampak riang sebab itulah kali pertama mereka mengerjakan haji.
Sebaik sampai, saya membawa mereka menaiki bus dan dari situ, kami menuju ke Madinah. Alhamdulillah, segalanya berjalan lancar hinggalah kami sampai di Madinah. Tiba di Madinah, semua orang turun dari bus berkenaan. Turunlah mereka seorang demi seorang sehingga tiba kepada giliran wanita tersebut.
Tapi tanpa ada apa-apa sebab, sebaik saja kakinya mencecahkan bumi Madinah, tiba-tiba wanita itu jatuh tidak sadarkan diri. Sebagai orang yang dipertanggungjawabkan mengurus jemaah itu, saya pun bergegas menuju ke arah wanita berkenaan. “Kakak ini sakit,” kata saya pada jemaah-jemaah yang lain. Suasana yang tadinya tenang serta merta bertukar menjadi cemas. Semua jemaah tampak panik dengan apa yang sedang berlaku.
“Badan dia panas dan menggigil. Kakak ini tak sadarkan diri, cepat tolong saya…kita bawa dia ke Rumah sakit,” kata saya.Tanpa membuang waktu, kami mengangkat wanita tersebut dan membawanya ke Rumah sakit Madinah yang terletak tidak jauh dari situ. Sementara itu, jemaah yang lain dihantar ke tempat penginapan masing-masing.
Sampai di rumah sakit Madinah, wanita itu masih belum sadarkan diri. Berbagai-bagai usaha dilakukan oleh doktor untuk memulihkannya, namun semuanya gagal. Sehinggalah ke petang, wanita itu masih lagi koma. Sementara itu, tugas mengendalikan jemaah perlu saya teruskan. Saya terpaksa meninggalkan wanita tersebut terlantar di Rumah sakit berkenaan. Namun dalam kesibukan menguruskan jemaah, saya menghubungi Rumah sakit Madinah untuk mengetahui perkembangan wanita tersebut.
Bagaimanapun, saya diberitahu dia masih tidak sadarkan diri. Selepas 2 hari, wanita itu masih juga tidak sadarkan diri. Saya makin cemas, maklumlah, itu adalah pengalaman pertama saya berhadapan dengan situasi seperti itu. Memandangkan usaha untuk memulihkannya semuanya gagal, maka wanita itu dihantar ke Rumah sakit King Abdul Aziz Jeddah untuk mendapatkan rawatan lanjut sebab pada masa itu Rumah sakit di Jeddah lebih lengkap Fasilitasnya berbanding Rumah sakit madinah. Namun usaha untuk memulihkannya masih tidak berhasil.

Jadwal haji mesti diteruskan. Kami berangkat pula ke Mekah untuk mengerjakan ibadat haji.. Selesai haji, sekali lagi saya pergi ke Jeddah. Malangnya, bila sampai di Rumah sakit King Abdul Aziz, saya diberitahu oleh doktor bahwa wanita tersebut masih koma. Bagaimanapun, kata doktor, keadaannya stabil. Melihat keadaannya itu, saya ambil keputusan untuk menunggunya di Rumah sakit.
Selepas 2 hari menunggu, akhirnya wanita itu membuka matanya. Dari sudut matanya yang terbuka sedikit itu, dia memandang ke arah saya. Tapi sebaik saja terpandang wajah saya, wanita tersebut terus memeluk saya dengan erat sambil menangis terisak- isak. Sudah tentu saya terkejut sebab saya ini bukan muhrimnya. Tambahan pula kenapa dia tiba-tiba menangis??
Saya bertanya kepada wanita tersebut, “Kenapa kakak menangis?” “Mazlan.. kakak taubat . Kakak menyesal, kakak takkan buat lagi perkara-perkara yang tak baik. Kakak bertaubat, betul-betul taubat.”
“Kenapa pula  kakak tiba-tiba saja mau bertaubat?” tanya saya masih terpinga-pinga. Wanita itu terus menangis terisak-isak tanpa menjawab pertanyaan saya itu. Seketika kemudian dia bersuara , menceritakan kepada saya mengapa dia berkelakuan demikian, cerita yang bagi saya perlu diambil ihtibar oleh kita semua. Katanya, “Mazlan, kakak ini sudah berumah tangga, kawin dengan lelaki orang Bule. Tapi kakak silap.
Kakak ini cuma Islam pada nama dan keturunan saja. Ibadah satu apa pun kakak tak buat. Kakak tak sembahyang, tak puasa, semua amalan ibadat kakak dan suami kakak tak buat.
Rumah kakak penuh dengan botol arak. kalau kakak sdg marah Suami kakak itu kakak tendang, kakak pukul, Kakak Caci maki” katanya sambil menangis.
“Habis yang kakak pergi haji ini untuk apa?”
“Yalah…kakak lihat orang lain pergi haji, kakak pun kepingin juga mau pergi haji.”
“Jadi apa sebab yang kakak menangis sampai macam ini sekali. Ada sesuatu perkara yang kakak alami semasa sakit?” tanya saya lagi.
Dengan suara tersekat-sekat, wanita itu menceritakan, “Mazlan…Alloh itu Maha Besar, Maha Agung, Maha Kaya. Semasa koma, kakak telah di azab dengan siksaan yang benar-benar pedih atas segala kesilapan yang telah kakak buat selama ini.
“Betul kah ini kak?” tanya saya, terkejut.
“Betul Mazlan. Semasa koma itu kakak telah ditunjukkan oleh Allah tentang balasan yang Allah beri kepada kakak. Balasan azab , bukan balasan syurga. Kakak rasa seperti di azab di neraka. Kakak ini seumur hidup tak pernah pakai kerudung. Sebagai balasan, rambut kakak ditarik dengan bara api. Sakitnya tak bisa kakak ceritakan macam mana pedihnya. Menjerit-jerit kakak minta ampun minta maaf kepada Allah.”
“Bukan itu saja, buah dada kakak pula diikat dan dijepit dengan penyepit yang dibuat daripada bara api, kemudian ditarik ke sana-sini… putus, jatuh ke dalam api neraka. Buah dada kakak rentung terbakar, panasnya bukan main. Kakak menjerit, menangis kesakitan.. Kakak masukkan tangan ke dalam api itu dan kakak ambil buah dada itu .” tanpa mempedulikan pasien lain dan juru rawat memperhatikannya wanita itu terus bercerita.
Menurutnya lagi, setiap hari dia disiksa, tanpa henti, 24 jam sehari. Dia tidak diberi peluang langsung untuk beristirahat atau dilepaskan daripada hukuman sepanjang masa koma itu dilaluinya dengan azab yang amat pedih.
Dengan suara tersekat-sekat, dengan air mata yang makin banyak bercucuran, wanita itu meneruskan ceritanya, “Hari-hari kakak disiksa. Bila rambut kakak ditarik dengan bara api, sakitnya terasa seperti mau tercabut kulit kepala.. Panasnya pula menyebabkan otak kakak terasa seperti menggelegak/mendidih. Azab itu cukup pedih..pedih yang amat sangat..tak bisa  diceritakan. ” sambil bercerita, wanita itu terus meraung, menangis terisak-isak. Nyata dia betul-betul menyesal dengan kesalahan yang dia Buat dahulu .
Saya pula terpegun, kaget dan menggigil mendengar ceritanya. Begitu sekali balasan Allah kepada umatnya yang ingkar. “Mazlan…kakak ini nama saja Islam, tapi kakak minum arak, kakak main judi dan segala macam dosa besar.
Karena kakak suka makan dan minum apa yang diharamkan Allah, semasa tidak sadarkan diri itu kakak telah diberi makan buah-buahan yang berduri tajam. Tak ada isi pada buah itu melainkan duri-duri saja. tapi kakak perlu makan buah-buah itu sebab kakak betul-betul lapar. “Bila ditelan saja buah-buah itu, duri-durinya menikam kerongkongan kakak dan bila sampai ke perut, ia menikam pula perut kakak.
Sedangkan jari yang tertusuk jarum pun terasa sakitnya, inikan pula duri-duri besar menusuk kerongkongan dan perut kita. Habis saja buah-buah itu kakak makan, kakak diberi pula makan bara-bara api. Bila kakak masukkan saja bara api itu ke dalam mulut, seluruh badan kakak rasa seperti terbakar hangus.
Panasnya cuma Allah saja yang tahu. Api yang ada di dunia ini tidak akan sama dengan kepanasannya. Selepas habis bara api, kakak minta minuman, tapi…kakak dihidangkan pula dengan minuman yang dibuat dari nanah. Baunya cukup busuk. Tapi kakak terpaksa minum sebab kakak sangat dahaga. Semua terpaksa kakak lalui…"AZABNYA" tak pernah rasa, tak pernah kakak alami sepanjang kakak hidup di dunia ini.”
Saya terus mendengar cerita wanita itu dengan tekun.. Terasa sungguh kebesaran Allah. “Masa di azab itu, kakak merayu mohon kepada Allah supaya berilah kakak nyawa sekali lagi, berilah kakak peluang untuk hidup sekali lagi. Tak berhenti-henti kakak memohon. Kakak kata kakak akan buktikan bahwa kakak tak akan ulangi lagi kesalahan dahulu. Kakak berjanji tak akan ingkar perintah Allah akan jadi umat yg soleh.
Kakak berjanji kalau kakak dihidupkan semula, kakak akan tampung segala kekurangan dan kesilapan kakak dahulu, kakak akan mengaji, akan sembahyang, akan puasa yang selama ini kakak tinggalkan.”
Saya termenung mendengar cerita wanita itu. Benarlah, Allah itu Maha Agung dan Maha Berkuasa.. Kita manusia ini tak akan terlepas daripada balasannya. Kalau baik amalan kita maka baiklah balasan yang akan kita terima, kalau buruk amalan kita, maka azablah kita di akhirat kelak. Alhamdulillah, wanita itu telah menyaksikan sendiri kebenaran Allah.
“Ini bukan mimpi Mazlan. Kalau mimpi azabnya takkan sampai pedih macam tu sekali. Kakak bertaubat Mazlan, kakak tak akan ulangi lagi kesilapan kakak dahulu. Kakak bertaubat… kakak taubat nasuha,” katanya sambil menangis-nangis.
Sejak itu wanita berkenaan benar-benar berubah. Bila saya membawanya ke Mekah, dia menjadi jemaah yang paling warak. Amal ibadahnya tak henti-henti. Contohnya, kalau wanita itu pergi ke masjid pada waktu maghrib, dia cuma akan pulang ke kamarnya semula selepas sembahyang subuh.
“Kakak…yang kakak sembahyang sampai susah-susah begini ini kenapa. Kakak kena jaga juga kesehatan diri kakak. Lepas sembahyang Isyak kakak pulanglah, makan nasi , istirahat” tegur saya.
“Tak apalah Mazlan. Kakak ada bawa buah kurma. Bolehlah kakak makan semasa kakak lapar.” menurut wanita itu, sepanjang berada di dalam Masjidil Haram, dia menggadakan semula sembahyang yang ditinggalkannya dahulu.
Selain itu dia berdoa, mohon kepada Allah supaya mengampunkan dosanya. Saya kasihan melihatkan keadaan wanita itu, takut karena ibadah dan tekanan perasaan yang keterlaluan dia akan jatuh sakit pula. Jadi saya menasihatkan supaya tidak beribadat keterlaluan hingga mengabaikan kesehatannya.
“Tak boleh Mazlan.. Kakak takut…kakak dah merasakan pedihnya azab tuhan. Mazlan tak rasa, Mazlan tak tau. Kalau Mazlan dah merasakan azab itu, Mazlan juga akan jadi macam kakak. Kakak betul- betul bertaubat.”
Wanita itu juga berpesan kepada saya, katanya, “Mazlan, kalau ada perempuan Islam yang tak pakai kerudung, Mazlan ingatkanlah pada mereka, pakailah kerudung. Cukuplah kakak seorang saja yang merasakan siksaan itu, kakak tak mau wanita lain pula jadi seperti kakak. Semasa di azab, kakak lihat undang-undang yang Allah beri ialah setiap sehelai rambut wanita Islam yang sengaja diperlihatkan kepada orang lelaki yang bukan muhrimnya, maka dia diberikan satu dosa. Kalau 10 orang lelaki bukan muhrim tengok sehelai rambut kakak ini, bermakna kakak mendapat 10 dosa.”
“Tapi Mazlan, rambut kakak ini banyak jumlahnya, beribu-ribu. Kalau seorang tengok rambut kakak, ini bermakna beribu-ribu dosa yang kakak dapat. Kalau 10 orang tengok, macam mana? Kalau 100 orang tengok? Itu sehari, kalau hari-hari kita tak pakai kerudung macam kakak ini??? masyAlloh…”
“Kakak berazam, pulang saja dari haji ini, kakak akan minta tolong dari ustad supaya mengajar suami kakak sembahyang, puasa, mengaji, buat ibadat. Kakak mau ajak suami pergi haji. Seperti mana kakak, suami kakak itu Islam pada nama saja. Tapi itu semua kesilapan kakak. Kakak sudah bawa dia masuk Islam, tapi kakak tak bimbing dia. Bukan itu saja, kakak pula yang jadi seperti orang bukan Islam.”
Sejak pulang dari haji itu, saya tak dengar lagi apa-apa cerita tentang wanita tersebut. Bagaimanapun, saya percaya dia sudah menjadi wanita yang benar-benar solehah. Adakah dia berbohong kepada saya tentang ceritanya di azab semasa koma? Tidak. Saya percaya dia bercakap benar. Jika dia berbohong, kenapa dia berubah dan"BERTAUBAT NASUHA"?
Satu lagi, cobalah bandingkan azab yang diterimanya itu dengan azab yang digambarkan oleh Allah dan Nabi dalam Al-Quran dan hadis. Adakah ia bercanggah? Benar, apa yang berlaku itu memang kita tidak dapat membuktikannya secara saintifik, tapi bukankah soal dosa dan pahala, syurga dan neraka itu perkara ghaib? Janganlah bila kita sudah meninggal dunia, bila kita sudah di azab barulah kita mau percaya bahwa “OOOh… memang betul apa yang Allah dan Rasul katakan. Maka dari itu jangan sampai kita " MENYESAL KEMUDIAN HARI "

Maka sebelum "TERLAMBAT" Wahai para Wanita Muslimah Renungkanlah Nasehat ini agar bermanfaat buat Anda, Kita dan Semua ummat Islam dimana jua anda berada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar